Pelacuran Dolly segera ditutup, dan ada yg menolak karena alasan kehilangan mata pencaharian?
Mari bersama saya, keliling Surabaya. Saya kenalkan njenengan dengan tukang pijat urat di Banyuurip yang kedua matanya buta, tapi sanggup menghidupi keluarganya selama 20 tahun.
Atau tengoklah ke teman saya yang kakinya buntung sebelah, beliau berjualan burung perkutut keliling Siwalankerto dan Kutisari tiap pagi dan sore.
Atau sejenak intiplah tukang becak di tepi sungai Jagir itu, tua renta namun tetap semangat mengantar pesanan gelondongan bambu yg berat-berat.
Atau seorang penjahit di Kendangsari itu, yang anak-anaknya sudah kuliah dan mandiri semua.
Atau, barangkali berbincanglah sebentar dengan ibu penjual nasi bungkus di sekitaran kampus UNAIR, sebentar lagi ia berangkat ke Baitullah.
Ada banyak jalan rizqi yang bisa disusuri secara halal dan baik, tanpa mengkhianati fitrah nurani kita. Bertebaranlah ke penjuru bumi, dan pasti ada jalan utk menyambung hidup.
Berpayah-payahan dengan kaki dan tangan, jauh lebih terhormat dan bernilai di sisi-Nya, ketimbang mengandalkan kenikmatan materi dari bisnis selangkangan.
Saya yakin, wanita-wanita di lembah Dolly sesungguhnya orang-orang baik. Mereka hanya belum yakin utk hijrah kepada nuraninya saja.
Selain juga disebabkan oleh intimidasi dan propaganda konglomerat busuk, yang mengeruk kekayaan dari pucuk kelamin dan bisnis preman biadab yang mengamankan kemaksiatan disana.
Jangan pilih para politisi setan yang melindungi bisnis zina dan teroris moral itu! Kenali siapa mereka dan dari partai mana asalnya.
Saya tidak peduli Indonesia Hebat, saya hanya ingin Indonesia Barakah...
By :
Belum ada komentar untuk "PSK Surabaya Kehilangan Mata Pencaharian,benarkah?"
Posting Komentar