PEDULI FAKTA

Twitter @PeduliFakta

Home · Komunisme · Tokoh · LIberalisme · Terorisme · Video

Berani Karena Salah ,Takut Karena Benar

[Kamseupay: "Berani Karena Salah, Takut Karena Benar"]

Itulah ketika kecurangan sudah begitu masif.

Keumuman mahasiswa sekarang tidak akan tahan kuliah di atas 4 tahun. Itu akan menjadi prestasi memalukan dan memilukan. Karena bagi kebanyakan mereka, kuliah itu bukan untuk belajar dan memperkaya ilmu, melainkan mencari pengalaman, jati diri, dan kadang...(emoticon bersin)...jodoh. Alumni angkatan tua geleng-geleng melihat junior mereka.

Alumni angkatan tua mengatakan, "Sebenarnya anak sekarang itu pintar-pintar; karena asupan gizi mereka lebih baik daripada kami dahulu. Dan juga karena ilmu pengetahuan dan kabar masa kini jauh lebih cepat bergulir. Sebenarnya anak sekarang itu pintar-pintar."

Namun, kadang orang pintar, ia tidak berguna. Dan kadang orang berguna, ia tidak begitu pintar. Saya melihat Mr. Cepek (Mr. Seratus). Mr. Cepek adalah sebutan lama untuk mereka, para oportunis di persimpangan dan putaran jalan agar mobil dan motor bisa belok atau berputar ke arah yang berlawanan. Mereka tidak sepintar mahasiswa sekarang. Tapi, mereka berguna. Padahal mereka belajar di jalanan. Dan kadang Mr. Cepek berbentuk anak-anak SMP. Mereka tidak pintar. Tapi mereka optimis dengan mencari kesempatan dalam kesulitan ekonomi mereka.

Mereka mengalahkan mahasiswa yang -meskipun pintar namun- tidak berguna buat orang lain. Bahkan mulai banyak mahasiswa yang merugikan orang lain, minimal orang tuanya. Tetapi masih menjadi mindset mayoritas bahwa ketika anak dapat IP luar biasa, itu menunjukkan anak-anak yang luar biasa. Well...bisa yes bisa no.

Banyak kampus abal-abal.

Ke depannya bisa kacau kalau tidak ditertibkan.

Mahasiswa mulai serba instan. Coba bayangkan:

Mahasiswa sekarang: laptop punya, internet ada, HP ada, motor ada.
Mahasiswa dulu: keempat benda sakti tersebut tidak ada.

Tentu saja, barang tidak salah. Tapi penggunanya yang salah. Terus di manakah salahnya?

Ketika mahasiswa mulai berpemikiran instan dan maunya cepat, oknum dosen dan kampus abal-abal menjadi Iblis oportunis. Gambarannya cari sendiri di kampus perkotaan terdekat Anda. Tidak jauh beda dengan beberapa guru sekolah negeri yang di kelas boro-boro mengajar. Isinya menyuruh murid kerjakan tugas, tugas, tugas, dan tugas. Tugas guru ngapain? Tugasin murid. Dan kalau mau dapat pelajaran ekstra supaya murid menguasai, perlu ada kelas privat atau kursus di rumah si guru. Dan of course: Bayar. Kalau memang sudah maksimal berusaha di sekolahan sih ‪#‎akurapopo‬. Tapi
nyatanya, tugas sebagian guru abal-abal di beberapa sekolahan: menugasi murid, bukan mendidik murid, apalagi mengajari.

Berarti, kebobrokan peserta didik kembali ke pendidik dan kampus/sekolahannya dong?

Iya. Satu sisi iya. Ada faktor lain: faktor ortu, faktor pergaulan, faktor gadget. Kalau semua tidak disalahkan, semua tidak salah. Gadget tidak salah, yang salah kamu. Pergaulan tidak salah, yang salah kamu. Ortu tidak salah, yang salah kamu. Sementara dosen dan kampus tidak akan pernah salah, karena keduanya sebatas fasilitator, bukan pendidik.

Belum lagi kampus 'gaje' yang menawarkan jasa skripsi jadi. Selain mendidik instan untuk kawula muda dengan taraf ekstrim, ini juga membuat masa depan sarjana menjadi kurang berkah. Ini konspirasi nyontek tingkat tinggi. Cerminan pilpres lagi-lagi. Levelnya bukan kecamatan lagi. Ini adalah bentuk nyontek (kecurangan) yang diatur secara rapi, sistematis dan masif.

Minimal seorang sarjana ketika diterima kerja berbekal ijasah itu, ia dihantui semasa kerja bahwa jabatan yang ia terima adalah hasil kecurangan. Hanya kecuranganlah yang akan menghantui dia. Di ranah mahasiswanya dulu, sering korupsi juga. Teringat segala kecurangan. Yang dapat jabatan dirinya, yang paling senang mbok dhe-nya.

Tapi jika tidak merasa curang, berarti memang sudah menjadi pakarnya.

-Hasan Al Jaizy-

Belum ada komentar untuk "Berani Karena Salah ,Takut Karena Benar"

Posting Komentar