Apakah kebebasan selalu
destruktif? Nggak juga. Problem muncul krn kebebasan tdk bs membatasi dirinya
sendiri.
Apakah manusia punya kebebasan dlm menentukan nasibnya sendiri? Jawabannya ya dan tidak
Ya, dalam artian memang manusia diberikan hak dan kemampuan utk memilih.
Tidak, dalam artian bhw pd hakikatnya Allah SWT telah menjelaskan yg haq utk dipilih dan yg bathil utk ditinggalkan.
Dgn kata lain, manusia bisa saja memilih yg bathil, namun kelak akan dipertanggungjawabkan.
Dlm pertanggungjawaban itu, yg haq takkan jd bathil dan yg bathil takkan jd haq.
Biasanya manusia mengalami ilusi krn tdk bisa 'melepaskan diri' dari dunia ini.
Kata “dunia” dlm bhs Indonesia diserap dr bahasa arab “dunya” yg artinya “yg dekat”.
Mengapa org tertipu dgn dunia? Ya karena ia dekat. Akhirat itu jauh, makanya banyak yg lupa.
Krn dunia ini dekat dan ada di hadapan mata, maka ada yg menyangka bahwa dunia inilah satu2nya realitas.
Akibatnya, eksistensi kerap kali disalahpahami sebagai kebenaran.
Sederhananya, keberadaan sesuatu dianggap sbg justifikasinya.
Dlm paham pluralisme agama, misalnya, terutama bagi penganut tren Hikmah Abadi, logika ini jg digunakan.
Mrk katakan, “jika agama2 lain itu bathil, maka mengapa Allah membiarkannya ada selama ribuan tahun?”
Mungkin mrk lupa bhw Iblis pun ada, padahal ia dipandang sbg makhluk yg kafir dan zalim o/ Allah.
Artinya, hanya krn sesuatu itu ada (exist), tdk berarti hal itu dpt dibenarkan.
Logika semacam ini sejalan – anehnya – dgn logika sebagian kaum ateis.
Mrk berkata, “kalau Tuhan itu ada, kenapa ada peperangan, penderitaan dsb di dunia?”
Apakah manusia punya kebebasan dlm menentukan nasibnya sendiri? Jawabannya ya dan tidak
Ya, dalam artian memang manusia diberikan hak dan kemampuan utk memilih.
Tidak, dalam artian bhw pd hakikatnya Allah SWT telah menjelaskan yg haq utk dipilih dan yg bathil utk ditinggalkan.
Dgn kata lain, manusia bisa saja memilih yg bathil, namun kelak akan dipertanggungjawabkan.
Dlm pertanggungjawaban itu, yg haq takkan jd bathil dan yg bathil takkan jd haq.
Biasanya manusia mengalami ilusi krn tdk bisa 'melepaskan diri' dari dunia ini.
Kata “dunia” dlm bhs Indonesia diserap dr bahasa arab “dunya” yg artinya “yg dekat”.
Mengapa org tertipu dgn dunia? Ya karena ia dekat. Akhirat itu jauh, makanya banyak yg lupa.
Krn dunia ini dekat dan ada di hadapan mata, maka ada yg menyangka bahwa dunia inilah satu2nya realitas.
Akibatnya, eksistensi kerap kali disalahpahami sebagai kebenaran.
Sederhananya, keberadaan sesuatu dianggap sbg justifikasinya.
Dlm paham pluralisme agama, misalnya, terutama bagi penganut tren Hikmah Abadi, logika ini jg digunakan.
Mrk katakan, “jika agama2 lain itu bathil, maka mengapa Allah membiarkannya ada selama ribuan tahun?”
Mungkin mrk lupa bhw Iblis pun ada, padahal ia dipandang sbg makhluk yg kafir dan zalim o/ Allah.
Artinya, hanya krn sesuatu itu ada (exist), tdk berarti hal itu dpt dibenarkan.
Logika semacam ini sejalan – anehnya – dgn logika sebagian kaum ateis.
Mrk berkata, “kalau Tuhan itu ada, kenapa ada peperangan, penderitaan dsb di dunia?”
Mungkin itulah sebabnya mengapa liberalis yg pluralis, walau ngaku beragama, tp dekat dgn org2 ateis. Logikanya mirip.
Demikianlah org2 yg tertipu dgn dunia, atau menganggap bhw dunia ini satu2nya realitas.
Akmal sjafril
Belum ada komentar untuk "Bebas Destruktif"
Posting Komentar