==> Kalau umumnya pengamat melihat posisi Susi Pudjiastuti di jajaran Kabinet Kerja. Kami coba melihat sisi lain yang tak kalah pentinya, yaitu sosok Menteri Sekretaris Negara, Prof. Praktikno, mantan Rektor UGM.
==> Ketika beliau diumumkan menjadi anggota Kabinet Kerja, kami langsung mengelus dada. “Ya Allah, bagaimana tokoh satu ini? Kemarin teriak-teriak tentang dominasi asing terhadap aset bangsa, sekarang malah jadi menteri sebuah rezim yang banyak diyakini ditopang kekuatan asing?”
==> Profesor Pratikno sempat membuat heboh, ketika mengatakan bahwa 70 % aset bangsa dikuasai oleh asing. Pernyataan ini langsung menjadi perhatian besar masyarakat peduli bangsa.
==> Banyak sekali pihak-pihak yang mencatat tentang pernyataan Profesor Pratikno itu, antara lain link berikut:
http://www.antaranews.com/berita/404321/asing-kuasai-70-persen-aset-negara
http://www.jurnal3.com/asing-kuasai-80-aset-vital-indonesia-resmi-dijajah/
http://www.scribd.com/doc/194527378/Refleksi-Akhir-Tahun-2013-docx
==> Kalau link di atas suatu saat hilang, kami coba rekam kembali berita yang dimuat oleh situs Antaranews.com, yaitu sebagai berikut:
“Kondisi bangsa kita saat ini sudah mengkhawatirkan sehingga tanpa dukungan dan kebijakan oleh semua elemen bangsa maka lambat laun seluruh aset akan jatuh ke tangan orang asing,”
Kendari (ANTARA News) – Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Dr Pratikno mengatakan hingga saat ini aset negara sekitar 70–80 persen telah dikuasi bangsa asing. “Kondisi bangsa kita saat ini sudah mengkhawatirkan sehingga tanpa dukungan dan kebijakan oleh semua elemen bangsa maka lambat laun seluruh aset akan jatuh ke tangan orang asing,” katanya saat membawakan arahan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Keluarga Alumni UGM (KAGAMA) menyambut pra Munas XII 2014 di Kendari, Sabtu.
Ia mencontohkan, aset di bidang perbankan misalnya, bangsa asing telah menguasai lebih dari 50 persen. Begitu pula di sektor lain seperti migas dan batu bara antara 70-75 persen, telekomunikasi antara 70 persen dan lebih parah lagi adalah pertambambangan hasil emas dan tembaga yang dikuasi mencapai 80-85 persen. “Kecuali sektor perkebunan dan pertanian dalam arti luas, asing baru menguasai 40 persen. Namun demikian kita harus waspada agar tidak semua aset negara itu harus dikuasi asing,” katanya.
Oleh karena itu, kata Rektor UGM itu, untuk mempertahankan aset-aset yang belum dikuasai asing tersebut, perlu kebijakan dan terobosan yang lebih hati-hati dalam melahirkan keputusan sehingga aset yang belum dikuasi itu tetap milik bangsa Indonesia.
Ia mengatakan, memang sebuah ironi apabila rakyat Indoneia masih belum merasakan wujud kemakmuran merata dan berkeadilan. Di usia kemerdekaan 68 tahun, meskipun kaya raya dengan sumber daya alam namun hingga kini masih banyak didaulat oleh perusahaan negara asing. Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga hadir pada seminar nasional dengan judul Otonomi daerah dan konflik Pengelolaan Lahan mengatakan di era otonomi daerah saat ini seakan menjadi anak tiri yang selalu disalahkan. “Pertanyaan saya bahwa, apa yang salah dengan otonomi daerah. Atau jangan-jangan kita lebih suka kembali ketata kelola pemerintahan yang sentralistis dan otoriter,” katanya.
Menurut mantan anggota DPR-RI dari PDIP itu, langkah yang harus diambil untuk memwujudkan kedaulatan pangan khususnya daerah yang saat ini dipimpinnya di antaranya mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Untuk itu, kata Ganjar, seminar nasional ini diharapkan melahirkan kebijakan baru yang bisa diwujudkan dalam upaya pemandirian bangsa. (A056/H-KWR. Editor: Ruslan Burhani. COPYRIGHT © ANTARA 2013).
==> Maka, menurut kami sangat aneh, kalau sang profesor kini jadi bermain di kabinet dukungan asing. Kemarin dia mengkritik asing, kini ikut-ikutan cari nafkah di kafilah dukungan asing. Ironis sekali.
==> Katakanlah orang akan berkata: “Dengan jadi menteri, mudah-mudahan dia bisa menghambat regulasi-regulasi yang menguntungkan dominasi asing.”
==> Pertanyaan kami: Wong dia hanya menjabat Menteri Sekretaris Negara; apa bisa berperan menghadang aturan-aturan pro asing? Sebagai mantan rektor, apa dia punya nyali untuk membuat gebrakan. Dari pengalaman yang sudah-sudah, sulit untuk meng-handle aturan sesuai keinginan kita. Bukan sekali dua kali lho ada pejabat menteri dengan back ground rektor. Tapi rata-rata “masuk angin”.
==> Ya beginilah KARAKTER KHAS orang Indonesia. Tidak konsisten, dua muka, plin plan, cari aman, dan seterusnya. Maka itu tak heran negeri ini 70-80 % dikuasai asing. Wong mental manusianya memang tempe.
==> Maaf ya kalau agak kasar. Tapi bagi kami, sejak lama orang Indonesia itu gayanya begitu. Cari aman melulu untuk diri dan kelompoknya sendiri. Sayang sekali.
==> Terimakasih untuk perhatian dan konsistensinya. Jazakumullah khair.
(Shakera).
Belum ada komentar untuk "Profesor Pratikno dan Karakter Orang Indonesia"
Posting Komentar