Bagaimana Media Massa Menggiring Opini Publik? (Bagian VI)
Hidup ini bukan hanya masalah benar atau salah. Dosa atau tidak. Nah, yang kita bahas kali ini berkaitan dengan hal-hal selain benar dan salah, selain dosa dan tidak dosa
==============================
MEMBERITAKAN ATAU TIDAK MEMBERITAKAN
Katakanlah saat sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, saya melihat sebuah kecelakaan di jalan raya. Sesampai di rumah, saya tidak menceritakan kejadian tersebut kepada keluarga saya. Dan keluarga saya pun tidak bertanya pada saya.
Apakah saya berbohong? Apakah saya berdosa? Tentu tidak. Adalah hak saya untuk tidak menceritakan peristiwa yang saya saksikan.
Nah, banyak media massa yang seperti ini. Mereka memutuskan untuk tidak memberitakan hal-hal tertentu, padahal sebenarnya hal-hal tersebut layak jadi berita.
Hidup ini bukan hanya masalah benar atau salah. Dosa atau tidak. Nah, yang kita bahas kali ini berkaitan dengan hal-hal selain benar dan salah, selain dosa dan tidak dosa
==============================
MEMBERITAKAN ATAU TIDAK MEMBERITAKAN
Katakanlah saat sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, saya melihat sebuah kecelakaan di jalan raya. Sesampai di rumah, saya tidak menceritakan kejadian tersebut kepada keluarga saya. Dan keluarga saya pun tidak bertanya pada saya.
Apakah saya berbohong? Apakah saya berdosa? Tentu tidak. Adalah hak saya untuk tidak menceritakan peristiwa yang saya saksikan.
Nah, banyak media massa yang seperti ini. Mereka memutuskan untuk tidak memberitakan hal-hal tertentu, padahal sebenarnya hal-hal tersebut layak jadi berita.
Si A adalah seorang walikota yang unik. Dia berangkat ke kantor naik sepeda tanpa pengawalan. Gayanya seperti orang-orang kebanyakan. Orang yang bertemu dia di jalan mungkin tak akan mengira bahwa dirinya walikota.
Dari segi keunikan, menurut saya Si A ini sangat unik. Sangat layak jadi berita. Tapi kenapa media massa kita (terutama media mainstream) nyaris tidak pernah memberitakan beliau?
(Barulah ketika ada Taman Bermain Anak, media memberitakan. Tapi yang disorot adalah tamannya, bukan walikotanya).
Memang, seperti yang saya jelaskan di awal, media tidak bersalah atau tidak berdosa ketika tidak memberitakan Si A. Tapi seperti yang juga sudah dibahas di atas, ini bukan masalah salah atau benar, bukan masalah dosa atau tidak.
Ini soal KEBERPIHAKAN MEDIA. Ketika media sudah berpihak pada suatu golongan saja, maka pada saat itu mereka akan cenderung mengekspos tokoh-tokoh dari golongan tersebut saja. Mereka pun tidak mengekspos tokoh-tokoh dari golongan lain. Tujuannya tentu saja, agar masyarakat tidak sampai mngetahui seperti apa tokoh-tokoh dari golongan lain tersebut.
BERSAMBUNG >>
Dari segi keunikan, menurut saya Si A ini sangat unik. Sangat layak jadi berita. Tapi kenapa media massa kita (terutama media mainstream) nyaris tidak pernah memberitakan beliau?
(Barulah ketika ada Taman Bermain Anak, media memberitakan. Tapi yang disorot adalah tamannya, bukan walikotanya).
Memang, seperti yang saya jelaskan di awal, media tidak bersalah atau tidak berdosa ketika tidak memberitakan Si A. Tapi seperti yang juga sudah dibahas di atas, ini bukan masalah salah atau benar, bukan masalah dosa atau tidak.
Ini soal KEBERPIHAKAN MEDIA. Ketika media sudah berpihak pada suatu golongan saja, maka pada saat itu mereka akan cenderung mengekspos tokoh-tokoh dari golongan tersebut saja. Mereka pun tidak mengekspos tokoh-tokoh dari golongan lain. Tujuannya tentu saja, agar masyarakat tidak sampai mngetahui seperti apa tokoh-tokoh dari golongan lain tersebut.
BERSAMBUNG >>
(Jonru)
*dengan sedikit perubahan*
Label artikel Bagaimana Media Massa Menggiring Opini Publik? |
Kebusukan Media
judul Bagaimana Media Massa Menggiring Opini Publik? (Bagian VI)...By : PEDULI FAKTA
Ditulis oleh:
Unknown - Minggu, 26 Januari 2014
Belum ada komentar untuk "Bagaimana Media Massa Menggiring Opini Publik? (Bagian VI)"
Posting Komentar