Bagaimana Media Massa Menggiring Opini Publik? (Bagian VIII)
Yang kita bahas berikut ini masih mirip dengan pembahasan sebelumnya. Tapi ada sedikit perbedaan
============================
MENYEMBUNYIKAN ATAU MENAMPILKAN INFORMASI TERTENTU
Misalnya nih, ada tiga orang tokoh yang terlibat korupsi yaitu:
Bapak X yang beragama A
Bapak Y yang beragama B
Bapak Z yang beragama C
Ketika memberitakan Bapak X, media massa selalu menyebut, "Kasus korupsi yang menimpa Bapak A, seorang penganut agama A tersebut..."
Tapi ketika memberitakan Bapak B dan C, nama agamanya tak pernah disebut.
SEBALIKNYA:
Ada seorang relawan yang membantu korban banjir. Si relawan ini mengenakan atribut dari ormas A, karena dia memang dari ormas A.
Lalu muncul berita di dua media yang berbeda:
Berita I:
Seorang warga membantu korban banjir
Berita II:
Seorang relawan dari ormas A membantu korban banjir
* * *
Ketika sebuah media memutuskan untuk menyebutkan atau tidak menyebutkan nama sebuah agama, parpol, institusi, lembaga, perusahaan dan seterusnya, sebenarnya itu pasti ada maksudnya. Tak mungkin mereka melakukan itu karena iseng-iseng belaka, karena lugu, dan sebagainya. Sebab orang2 media itu umumnya pintar-pintar.
Ketika sebuah media menulis seperti ini:
"Kasus korupsi yang menimpa Bapak A, seorang penganut agama A tersebut..."
Ada kemungkinan itu pertanda bahwa mereka hendak mengatakan agama A adalah agama korupsi.
Ketika sebuah media meliput aksi membantu korban banjir yang dilakukan oleh seorang relawan dari ormas A, namun si media menulis seperti ini:
"Seorang warga membantu korban banjir."
Itu artinya, si media mungkin tidak ingin masyarakat sampai menaruh simpati pada ormas A.
Sedangkan media yang menulis seperti ini:
"Seorang relawan dari ormas A membantu korban banjir"
Itu artinya si media tersebut mungkin ingin agar masyarakat menaruh simpati pada ormas A.
BERSAMBUNG >>
Yang kita bahas berikut ini masih mirip dengan pembahasan sebelumnya. Tapi ada sedikit perbedaan
============================
MENYEMBUNYIKAN ATAU MENAMPILKAN INFORMASI TERTENTU
Misalnya nih, ada tiga orang tokoh yang terlibat korupsi yaitu:
Bapak X yang beragama A
Bapak Y yang beragama B
Bapak Z yang beragama C
Ketika memberitakan Bapak X, media massa selalu menyebut, "Kasus korupsi yang menimpa Bapak A, seorang penganut agama A tersebut..."
Tapi ketika memberitakan Bapak B dan C, nama agamanya tak pernah disebut.
SEBALIKNYA:
Ada seorang relawan yang membantu korban banjir. Si relawan ini mengenakan atribut dari ormas A, karena dia memang dari ormas A.
Lalu muncul berita di dua media yang berbeda:
Berita I:
Seorang warga membantu korban banjir
Berita II:
Seorang relawan dari ormas A membantu korban banjir
* * *
Ketika sebuah media memutuskan untuk menyebutkan atau tidak menyebutkan nama sebuah agama, parpol, institusi, lembaga, perusahaan dan seterusnya, sebenarnya itu pasti ada maksudnya. Tak mungkin mereka melakukan itu karena iseng-iseng belaka, karena lugu, dan sebagainya. Sebab orang2 media itu umumnya pintar-pintar.
Ketika sebuah media menulis seperti ini:
"Kasus korupsi yang menimpa Bapak A, seorang penganut agama A tersebut..."
Ada kemungkinan itu pertanda bahwa mereka hendak mengatakan agama A adalah agama korupsi.
Ketika sebuah media meliput aksi membantu korban banjir yang dilakukan oleh seorang relawan dari ormas A, namun si media menulis seperti ini:
"Seorang warga membantu korban banjir."
Itu artinya, si media mungkin tidak ingin masyarakat sampai menaruh simpati pada ormas A.
Sedangkan media yang menulis seperti ini:
"Seorang relawan dari ormas A membantu korban banjir"
Itu artinya si media tersebut mungkin ingin agar masyarakat menaruh simpati pada ormas A.
BERSAMBUNG >>
(Jonru)
Label artikel Bagaimana Media Massa Menggiring Opini Publik? |
Kebusukan Media
judul Bagaimana Media Massa Menggiring Opini Publik? (Bagian VIII)...By : PEDULI FAKTA
Ditulis oleh:
Unknown - Minggu, 26 Januari 2014
Belum ada komentar untuk "Bagaimana Media Massa Menggiring Opini Publik? (Bagian VIII)"
Posting Komentar