PEDULI FAKTA

Twitter @PeduliFakta

Tampilkan postingan dengan label Dahlan Iskan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dahlan Iskan. Tampilkan semua postingan

Sosok Dahlan Iskan Si Penipu Besar Dari Magetan

Gaya bicara seorang Dahlan Iskan ceplas ceplos, sering menceritakan kehidupan dan pengalaman masa lalu dan perilaku apa adanya memang sudah menjadi ciri khas seorang Dahlan Iskan yang kini dipercaya Presiden SBY sebagai Menteri BUMN. Karakter seperti Itu pula yang membuat pribadinya terkesan lugu, polos dan jujur sehingga banyak rakyat percaya terhadap kesan yang ditimbulkannya. Secara sekilas orang atau rakyat banyak hanya melihat dari jauh, mengetahui dari pemberitaan media atau menonton acara tentang diri dan kehidupannya yang memang penuh warna warni, perjuangan, kisah sukses sebagai pengusaha dan sebagai pejabat negara.
Budaya masyarakat Indonesia yang mudah percaya pada seseorang meski baru dikenal atau hanya mengetahui dari pemberitaan di media massa. Mayoritas rakyat bahkan malas mencari tahu referensi tentangnya, padahal niscaya mereka yang mau sedikit luangkan waktu untuk meneliti sosok Dahlan Iskan pasti semua hanya bisa terkesima, terbengong – bengong penuh rasa tidak percaya dan mungkin sekali muncul amarah luar biasa terhadap sosok pribadi Dahlan Iskan yang sebenarnya.
Bertopeng Keluguan
Dengan menggunakan topeng keluguannya, Pak Bos, demikian Dahlan Iskan biasa disapa para anak buahnya di lingkungan Jawa Pos Grup, sangat mudah memperdaya siapa saja demi tujuan tersembunyi dibalik keluguan dan keramahannya. Sudah banyak bukti dan korban dari jurus ampuh ‘keluguan’ yang ditampilkan Pak Bos terutama kepada orang – orang tertentu yang menjadi target mangsa penipuannya.
Sesuai dengan falsafah hidup Dahlan Iskan yang selalu diutarakannya kepada orang – orang terdekatnya, “Pencitraan adalah segala – galanya. Jika citra diri kita sangat bagus di mata orang dan masyarakat luas, kita dapat melakukan apa saja. Semua pasti percaya bahwa apa yang kita lakukan adalah benar dan baik”. Itulah kunci rahasia ‘kesuksesan’ Dahlan Iskan yang sepanjang hayatnya selalu menipu orang lain dan merugikan negara.
Makna lugu sejatinya adalah tidak banyak tingkah dan bersahaja. Tidak Banyak Tingkah tercitra dari sikapnya yang mengagungkan ‘kerja…kerja…kerja…’. Bersahaja nampak dari kebiasaan berpakaian dan bersepatu khas terkesan mengabaikan aturan protokoler kenegaraan, bahkan kalau perlu meminjam pakaian sopirnya (anehnya tetap mengumumkan ke publik melalui media massa yang dikuasainya. Bersahaja kok senangnya sengaja mengumumkan dan mempertontonkan keluguan).
Begitu pula soal ‘apa adanya’. Tanpa tedeng aling-aling. Dahlan, bahkan terlampau sering mengucap dan begitu bangga menyebut kalimat ‘apa adanya’ untuk menggambarkan pola pikir yang berakhir pada setiap tindakannya. Namun, ‘apa adanya’ Dahlan sering tidak pada tempatnya. Lebih cenderung ke sikap grusa grusu. Mudah saja mencarikan contoh atas sikapnya yang mengagungkan ‘apa adanya’ dan ternyata justru tidak pada tempatnya.
Misalnya sikap grusa-grusu saat tak sabar hati dengan antrian kendaraan di pintu Tol Semanggi menuju Slipi, Selasa (20/3/12). Benarkah? Tidak. Faktanya, saat itu hanya ada antrian 30 kendaraan. Kondisi yang sangat sangat wajar dibanding jutaan kendaraan yang lalu lalang di jalanan Jakarta. Sikap itu justru jadi cermin bahwa Dahlan, jika berkuasa akan seenaknya sendiri dengan dalih sikap ‘apa adanya’. Padahal, jika dipikir dengan nalar normal, sekaya apapun orang itu, pasti berpikir keras sebelum membuka paksa pintu tol, membuang kursi dari ruang kerja petugas gerbang tol dan memerintahkan mobil-mobil itu menikmati jalan tol tanpa bayar. Sebab, ada ancaman hukuman yang menanti pelaku pembuka paksa pintu tol.
Namun, Dahlan bebas dan tidak tersentuh, karena posisinya sebagai Menteri BUMN, ‘pemilik’ pengelola jalan tol itu. Indikasinya gampang saja. Kalau memang Dahlan care, mengapa tindakan itu tidak dilakukannya saat menjabat sebagai Dirut PT PLN, atau ketika dia belum jadi pejabat. Dalam bahasa sederhana, kalau tindakan anarkis terhadap pintu tol itu dilakukannya, Dahlan juga bisa membayar kerugian dari uangnya yang tanpa seri.
Tapi itu lah Dahlan. Grusa grusu karena merasa ‘adi gang dan adi gung’ lebih tepat ketimbang perkara sikap ‘apa adanya’. Karena tidak mungkin ada yang berani menindaknya, maka Dahlan berbuat seenaknya. Ada idiom di kalangan orang dekat Dahlan soal kejujuran. Jika Anda bertanya pada 100 anak buah Dahlan soal kejujuran ‘Pak Bos’, maka akan ada 200 jawaban yang menyebut tidak.
Sejak menjadi orang kuat (Bos Jawa Pos Grup, Raja Media RI) Dahlan sudah dikenal tidak jujur. Ironisnya, ketidakjujuran itu begitu nampak tanpa perlu melakukan investigasi. Penyelewengan dana sumbangan pembaca untuk korban tsunami Maumere adalah contoh paling mudah. Jangankan menghukum dan menindak pelakunya, Dahlan bahkan nyaris tidak pernah bersedia membicarakan kasus penyelewengan amanah tersebut.
Sebut saja soal penjualan klub sepakbola Mitra Surabaya. Dengan status milik publik, karena menjual ribuan saham ke masyarakat, Dahlan dengan enteng, menjualnya saat tim itu sudah tidak memberinya peluang meraup keuntungan finansial dan sosial. Ironisnya, penjualannya tanpa proses administrasi layaknya sebuah institusi ‘go public’.
Yang terbaru adalah tulisannya soal Evan Dimas. Kapten tim nasional PSSI U-19 yang sukses menjuarai Piala AFF U-19, September lalu. Beberapa hari setelah sukses anak-anak muda itu, Dahlan dengan enteng meng-klaim bahwa Evan Dimas adalah hasil pembinaan sebuah tim yang dulu didirikannya (maksudnya tentu Mitra Surabaya itu).
Padahal siapapun tahu, Mitra Surabaya itu sebuah tim hasil hibah dari A Wenas, pendiri sekaligus pemilik Niac Mitra, klub yang kemudian berubah menjadi Mitra Surabaya lalu terakhir berubah nama menjadi Mitra Kukar. Sedangkan Evan Dimas sendiri adalah mantan anak didik sekolah sepakbola Mitra Surabaya yang didirikan Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror pada 7 Juni 1998.

"DAHLAN ISKAN EFFECT VS JOKO WIDODO EFFECT" BY @Ronin1946

 

Ada 2 manusia yang telah berhasil ubah standar moral Indonesia : dahlan iskan dan joko widodo. Keduanya sosok penuh kepalsuan, jago menipu
Dahlan iskan sukses menipu rakyat dgn super narsis super ngaspo nya. Gila2an korupsi di PLN dan BUMN seolah2 ga pernah puas. Puluhan triliun
Senjata dahlan iskan adalah media. Dia raja media. Dia raja pencitraan. Narsisnya sdh tahap akut. Stadium VI haha. Dia korupsi ga tanggung2
Kalau korupsi dahlan iskan ketahuan, dia siapkan secuil kecil hasil korupsinya utk suap aparat. Hujan merata atas bawah kiri kanan muka blkg
Dahlan iskan effects membawa perubahan besar. Skrg korupsi triliun2 sdh tidak lagi kagetkan dan bikin marah rakyat. Dianggap biasa aja
Gara2 dahlaniskan effecs korupsi 6,7 triliun di Century terasa kecil. Korupsi di bank mutiara 1.2 triliun ga ada peduli. Hny Geli2 di kuping
Gimana rakyat mau peduli korupsi century & mutiara itu, wong @iskan_dahlan korup di PLN 37.6 triliun dicuekin @KPK_RI & kejagung hehe
Gimana korupsi Jokowi di Bus TJ yg hny 1.6 triliun mau dipedulikan rakyat, wong @iskan_dahlan korupsi 49.8 T di KSO 40 sumur migas ga diusut
Jadi, #dahlaniskaneffects sukses mengubah standar nilai rakyat Indonesia terutama terkait KORUPSI. Congrats Dahlan ! Anda layak dapat BENJOL
Tokoh fenomenal lain yang dapat kalahkan @iskan_dahlan dlm mengubah standar nilai rakyat, ya siapa lagi kalau bukan Master Glembuk Jokowi
Hanya dlm dua tahun, jokowi yg sdh dipersiapkan jadi capres boneka sejak 2006 oleh hendro dan luhut cs ..tampil dgn 1001 kepalsuannya
Didukung puluhan media bayaran atau milik para cukong, Jokowi tiba2 jadi TOKOH IDOLA yg menjungkirbalikan semua logika rakyat Indonesia
Bgmn mungkin Walikota Solo yg angka rata2 growth versi BPS nya hanya 5%, dibawah kota2 lain sejenis, bisa dianggap berprestasi ?
Bgmn mungkin Jokowi walikota solo yg tingkat kemiskinan kotanya tertinggi ke 7 di Indonesia, dinobatkan jadi walikota terbaik?
Kemana akal & sikap kritis bangsa ini ketika Jokowi walikota solo yg terlibat pada 14 kasus korupsi di Solo, dinobatkan sbg walikota jujur?
Bgmn mungkin seorang Jokowi si Gubernur khianat, gagal dan korup, dicapreskan PDIP dan disambut sbgian rakyat yg "waras" ? Hehe
Anekdot arek suroboyo :
"Kalau mau jadi Dirut PLN harus punya pengalaman jadi pencuri listrik kayak Pak Dahlan dulu di Graha Pena"
"Kalau mau jadi Menteri BUMN, harus pengalaman pernah menjual aset BUMN kayak pak dahlan. Uang hasil jual BUMN raib entah kemana kayak PWU"
"Kalau mau jadi capres ya harus bodo dulu, jago pasang tampang deso, pinter ngapusi, juara blusukan, plus hobi korupsi, kayak Jokowi"
Gara2 Jokowi effects, berbohong, menipu, memalsukan identitas & riwayat hidup, ingkar janji, khianat, fitnah dst ..jadi hal biasa, ga dosa
Gara2 Jokowi effects, anak2 muda bangga punya cita2 jadi komunis sejati tanpa mereka tahu betapa mengerikan paham sesat itu
Gara2 Jokowi effects, anak2 sekarang mudah ingkar janji, suka menipu. Dianggap mereka ga dosa, karena Jokowi juga melakukannya. Sering malah
Gara2 Jokowi effects, moral elit bangsa berubah gila. Sdh tahu integritas Jokowi palsu, eh ikut2an memuja jokowi, ngebet jadi cawapresnya
Padahal tidak mesti jadi orang jenius dulu untuk tahu siapa Jokowi sebenarnya. Cermati saja perilakunya, gerak & bahasa tubuhnya : PENIPU
Ga mesti jadi psikolog dulu untuk tahu sifat Jokowi, lihat saja matanya yg ga fokus dan ga berani tatap wajah lawan bicaranya ; mata maling
Lihat saja cara bicara Jokowi, ngelantur dan ga nyambung. Jaka sembung bawa kereta api, ga nyambung bego setengah mati ..
Ga perlu jenius utk mengetahui Jokowi terindikasi PKI. Ogah berkata jujur ttg ayah kandung dan cermati pendukung2 militanya : kader komunis
Para tokoh dan elit bangsa ga usah deh seperti kami, mesti investigasi dulu ke Solo, Karanganyar & Boyolali utk tahu siapa sbnrnya JKWI
Para tokoh bangsa itu cukup telp saja pejbat Ditsospol, BINDA, Kodam, intelpam Polda Jateng : minta resume data pribadi Jokowi. Ketemu deh
Tapi dasar mayoritas elit bangsa emang medit alias mental demit, mrka malah aji mumpung numpang tenar di blkg jokowi..duh ampuun deh ! Amit2
Mayoritas elit bangsa malah ikut2an puja2 Jkwi, yg dianggap nabi oleh kader2 laten komunis. Miyono pamannya bilang : Jokowi Wahyu Tuhan
Gara2 Jokowi effects : bohong, khianat, nipu, ingkar janji, memalsukan data diri, bahkan korupsi ..berubah dari Dosa menjadi : biasa aja ..
Jokowi & Dahlan Iskan effects ini luar biasa menjerumuskan, menghancurkan nilai2 luhur bangsa. Kalau ga dicegah ..ga terbayang akibatnya ..
Oh ya ..hari ini Jokowi ulang tahun. Tahu apa persamaan Jokowi dan Dahlan iskan terkait HUT? Tahu ?
Dahlan iskan dan Jokowi dalam hal ulang tahun sama2 punya kesamaan ..yaitu ..tanggal lahir mereka keduanya : PALSU !
Heuheu #kabuuur

Dimanakah Keadilan: Kunjungan Kerja Anggota DPR ke Luar Negeri dan Megaskandal Inefisiensi Dahlan Iskan di PLN?

PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Berlin Jerman membuat Ketua DPR, Marzuki Ali, marah. Pasalnya, mereka mengunggah video berisi kunjungan kerja (kunker) anggota Badan Legislasi DPR ke situs Youtube. PPI Jerman menilai kunjungan anggota DPR itu salah alamat.

Kunjungan kerja anggota DPR ke luar negeri sering jadi sasaran tembak para jurnalis media, baik media cetak, media online, maupun media TV. Acara kunker itu sering dianggap buang-buang anggaran negara; tidak efektif menghasilkan manfaat; hanya menjadi ajang pelesir pejabat negara saja. Kritik seperti ini tidak salah, wong memang ada faktanya. Di antara anggota DPR itu memang ada yang kemaruk. Mungkin, mereka jarang ke luar negeri atau jarang pelesir, sehingga ketika ada kesempatan, tidak mau disia-siakan untuk shopping ria.
No Justice, No Peace.


Tapi satu hal yang membuat miris adalah sikap keadilan masyarakat Indonesia. Mereka begitu nafsu menyerang anggota DPR dengan alasan “telah memboroskan uang negara”. Tetapi pada saat yang sama, mereka lupa (atau pura-pura lupa) dengan MEGA INEFISIENSI di PLN senilai 37,6 triliun rupiah saat Dahlan Iskan menjabat Dirut PLN tahun 2009-2010.

Kita benar-benar tidak mengerti, mengapa masyarakat dan para aktivis cenderung diam melihat Mega Inefisiensi yang merugikan negara hingga 5 kali Megaskandal Bank Century itu? Ada apa dengan bangsa ini? Mereka begitu ribut dengan kunker anggota DPR ke luar negeri yang memakan biaya ratusan juta atau miliar rupiah; tetapi lupa dengan pemborosan yang dilakukan Dahlan Iskan hingga mencapai 37, 6 triliun. Media-media seperti MetroTV, TVOne, Kompas, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, majalah Tempo, koran Tempo, koran Sindo, Detiknews.com, Vivanews.com, dll. seolah sepakat “tutup mulut” terhadap Mega Inefisiensi di PLN itu.

Dana PLN senilai 37,6 triliun itu jelas sudah hilang, sudah terboroskan sedemikian rupa untuk membeli BBM selama 2009-2010. Mestinya, dana sebesar itu bisa diselamatkan, tidak dihambur-hamburkan untuk membeli BBM yang lebih mahal.

Mari kita lihat masalahnya…

[1]. Kerugian akibat tindak korupsi senilai 5 miliar rupiah, hal ini sama akibatnya bagi kerugiannya anggaran negara dalam kasus pemborosan anggaran senilai 5 miliar rupiah. Kalau kasus korupsi ada unsur delik pidananya, kalau pemborosan ada unsur kesalahan penggunaan uang negara. Tetapi akibatnya sama, sama-sama merugikan keuangan negara.

[2]. Anda paham apa yang dimaksud dengan mark up anggaran? Unsur apa yang membuat mark up anggaran itu merugikan keuangan negara? Ya benar, ia adalah unsur PEMBOROSAN anggaran negara.  Misalnya, untuk membangun sebuah jembatan diperlukan biaya riil senilai 2 miliar rupiah; tetapi setelah di-mark up ia menjadi 6 miliar rupiah. Nah, disini ada pemborosan anggaran negara hingga 4 miliar rupiah. Apa yang dilakukan Dahlan Iskan di PLN selama 2009-2010 itu mirip dengan modus mark up anggaran ini. Tetapi nilai kerugiannya bombastik, hingga 37,6 triliun rupiah.

[3]. DPR pernah dikecam beramai-ramai oleh MetroTV, TVOne, Kompas, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, dll. dalam soal pembangunan fasilitas gedung Banggar (Badan Anggaran). Ketika itu, pembelian fasilitas gedung tersebut, seperti kursi, meja, lampu, interior, toilet, dll. dianggap sangat boros; sehingga meja-kursi yang sudah dibeli terpaksa dikembalikan. Mengapa upaya DPR waktu itu dikecam media-media massa? Alasannya karena PEMBOROSAN. Lalu kini media-media itu seperti TUTUP MULUT dan TUTUP MATA atas Mega Inefisiensi di tubuh PLN sewaktu Dahlan Iskan sebagai Dirut-nya. Padahal kerugian negara disana mencapai 37, 6 triliun. Jelas media-media itu telah menunjukkan kualitas jurnalisme amoral. Tidak ada timbangan keadilan dan pembelaan sejati kepada kepentingan rakyat Indonesia.

[4]. Antara Dahlan Iskan dan anggota DPR memiliki beberapa kesamaan. Anggota DPR adalah pejabat negara, karena dipilih rakyat. Dahlan Iskan adalah pejabat BUMN, perusahaan milik negara (kini jadi Meneg BUMN). Baik DPR maupun Dahlan Iskan, sama-sama mengelola anggaran negara. Dahlan Iskan membeli BBM untuk menggerakkan produksi listrik; sementara anggota DPR melakukan kunjungan kerja ke luar negeri mengikuti jadwal dinas resmi lembaga Parlemen, dengan tujuan resmi yang telah ditetapkan. Baik Dahlan maupun DPR bisa terkena tuduhan menghambur-hamburkan anggaran negara. Bedanya, 
pemborosan anggaran untuk kunker DPR, masih dalam batas-batas yang bisa dipahami; tetapi pemborosan oleh Dahlan Iskan amat sangat besar, hingga 37,6 triliun rupiah. Kalau seluruh anggaran untuk kunker kerja DPR ke luar negeri, sejak era Orde Baru hingga sekarang, kalau ditotal semua mungkin tidak mencapai 30 triliun rupiah. Tetapi Dahlan Iskan, hanya dalam waktu 2009-2010, telah memboroskan anggaran PLN hingga 37,6 triliun rupiah. Dalam hal ini mungkin Dahlan Iskan termasuk pejabat paling mengerikan di Indonesia.

Bukan berarti kita menoleransi kebiasaan buang-buang duit oleh DPR untuk kunker yang tidak efektif itu. Tetapi kita mempertanyakan akal sehat dan sifat keadilan masyarakat (termasuk para mahasiswa Indonesia di luar negeri)? Kita ini masih berakal atau tidak sih? Bisakah Anda merasakan betapa zhalimnya kepemimpinan Dahlan Iskan di PLN sehingga merugikan keuangan BUMN hingga 5 kali nilai Megaskandal Bank Century itu; sementara untuk membeli pulsa prabayar (dari Telkomsel misalnya) rakyat tidak boleh ngutang meskipun hanya 5 ribu rupiah saja?

Jika kita diam saja atas semua kenyataan ini, lalu dimana keadilan wahai kawan? Ingat bagaimana media-media massa telah menyerang DPR dalam kasus pembangunan fasilitas gedung Banggar! Lalu dimana mereka di hadapan megaskandal inefisiensi PLN oleh Dahlan “Is Can”? Ingat, kerugian akibat korupsi  senilai 5 miliar sama dengan kerugian akibat pemborosan keuangan BUMN senilai 5 miliar; keduanya sama-sama merugikan keuangan negara!

13 Kesalahan Terbesar Dahlan Iskan

13 Kesalahan Terbesar Dahlan Iskan


Tanggal 5 November 2012, Dahlan Iskan datang ke BK DPR untuk melaporkan 2 nama anggota DPR (Idris Laena dari Golkar, dan Soemaryoto dari PDIP) dalam kasus dugaan pemerasan terhadap 3 BUMN. Sedianya, akan menyusul pelaporan 8 nama lain. Kemudian pada 7 November 2012, Dahlan Iskan mengirimkan utusannya (Kepala Biro BUMN, Hambra) untuk menyerahkan surat yang isinya 6 nama anggota DPR yang juga diduga melakukan pemerasan.

Dalam surat di atas Dahlan menjelaskan kronologi modus pemerasan yang dilakukan anggota-anggota DPR. Isi surat sekitar 2-3 lembar kertas. Karena sedikitnya data, sebagian anggota DPR menganggap omongan Dahlan Iskan itu hanya sampah belaka.  Bahkan Marzuki Alie bersiap melaporkan Dahlan ke presiden, kalau dia hanya asal tuduh, dengan tidak memberikan bukti-bukti kuat. “Kalau ternyata fitnah, kami akan membuat surat ke presiden bahwa Pak Dahlan Iskan menuduh anggota DPR tanpa bukti dan fakta,” kata Marzuki Ali (Warta Kota, 8 November 2012, hlm. 11).
Uang BUMN Puluhan Trilun Dibuang-buang dalam Perjudian Manajemen yang Sangat Mengerikan.



Terkait manuver-manuver Dahlan Iskan ini, setidaknya ada 13 kesalahan besar yang dia lakukan. Disini kita akan sebutkan kesalahan-kesalahan itu, berikut pendapat tokoh, jurnalis, serta perbandingan data.
[1]. Dahlan Iskan tidak segera melaporkan kasus pemerasan ke aparat hukum. Menurut Ketua MK, Mahfud MD, Dahlan telah melanggar kewajiban (prosedur) hukum. Mahfud berkata, “Menurut saya, Dahlan melanggar kewajiban hukum.” Mahfud menjelaskan, Dahlan Iskan katanya mengetahui ada tindak pemerasan, mengapa dia tidak segera melapor ke aparat hukum (kepolisian)? Mengapa justru melapor ke BK DPR? Padahal lembaga itu hanya mengurusi masalah etika ke-DPR-an. Individu harus taat hukum dan tunduk pada aturan di dalamnya. Jika warga negara tahu ada kejahatan, dia wajib lapor ke aparat. (Republika, 7 November 2012, hlm. 10).

[2]. Dahlan Iskan lebih memilih koar-koar di media. Dalam artikel di Republika, berjudul “Ingin Jadi Seperti Jokowi”, hasil tulisan EH Ismail, dia mengkritik langkah Dahlan Iskan yang cenderung berkoar-koar di media. “Saya hanya sedikit ingin mengkritik langkah Dahlan Iskan yang lebih memilih koar-koar di media dan “hanya” berbicara kepada BK DPR terkait anggota dewan pemeras. Kalau memang dia mengetahui secara pasti orang yang mencoba memeras BUMN, ya laporkan saja ke KPK. Ini masalah hukum,” tulis EH. Ismail. (Republika, 7 November 2012, hlm. 10).

[3]. Dahlan Iskan tidak membawa bukti materiil terkait tuduhan pemerasan BUMN oleh anggota DPR. Dalam pertemuan dia ke BK DPR pada 5 November 2012, dan surat yang dikirimkan ke BK DPR tanggal 7 November. Di dalamnya Dahlan Iskan tidak membahas soal bukti-bukti materiil pemerasan. Tetapi hanya menyebutkan nama anggota DPR dan kronologi peristiwa pemerasan. Surat Dahlan sendiri hanya 2-3 lembar halaman, sehingga ia dianggap sebagai “data sampah”. Akbar Faisal dari Hanura berkata, “Saya takutnya kita mengembangkan informasi yang tidak jelas. Jadi saya menganggap info ini sampah. Lebih bagus Pak Dahlan bawa bukti ke KPK.” (Dahlan Iskan Informasinya Hanya Kertas Gombal, Voa-islam.com, 8 November 2012).

[4]. Masalah pemerasan bukan isu baru, tetapi sudah seperti mendarah-daging di negeri ini. Tentu kita menolak cara-cara pemerasan itu, apapun motif dan modusnya. Tetapi kalau menjadikan masalah itu sebagai OPINI BESAR rasanya terlalu aneh. Masalah pemerasan begitu sudah lagu lama, banyak ceritanya, dan terjadi di berbagai bidang kehidupan. Ada pemerasan anggota DPR, ada pemerasan aparat polisi/TNI, ada pemerasan partai politik, ada pemerasan para purnawirawan, ada pemerasan oleh LSM, ada pemerasan oleh preman, ada pemerasan oleh wartawan “bodrex”, ada pemerasan oleh orang yang mengaku sebagai anggota KPK, ada pemerasan oleh ini dan itu. Maksudnya, kalau masalah begitu dijadikan MENU UTAMA, maka kita seperti orang yang tidak pernah mendengar berita pemerasan sama sekali. Seolah, sebelum Dahlan bicara, di Indonesia tidak ada modus-modus seperti itu.

Dirut RNI, Ismed Hasan Putro, notabene adalah anak buah Dahlan Iskan; dia tak berani memastikan bahwa tindakan anggota DPR itu merupakan pemerasan. Ismed mengatakan, aksi si anggota DPR itu merupakan modus umum ketika meminta ke BUMN. “Tidak, tidak ada (paksaan permintaan). Yang saya sampaikan dari awal sebetulnya kan sangat sederhana. Itu kan modus, salah satu modus yang sebetulnya sudah menjadi rahasia umum,” kata Ismed Hasan Putro (Republika, 6 November 2012, hlm. 11).

[5]. Dahlan Iskan berusaha mengalihkan fokus masalah, dari inefisiensi di tubuh PLN selama 2009-2010 yang merugikan keuangan BUMN hingga 37,6 triliun, ke isu pemerasan anggota oleh anggota DPR. Sesuai audit BPK, kerugian di PLN sudah terjadi, dengan nilai inefisiensi (buang-buang anggaran) senilai sekitar 18 triliun tahun 2009, dan sekitar 19,5 triliun pada tahun 2010. Mestinya, Dahlan fokus dan gentle bertanggung-jawab atas temuan BPK itu. Bukan malah membuat opini-opini yang bersifat mengalihkan isu ke masalah lain. Tidak masalah ada isu pemerasan, tetapi MAIN CASE Anda harus dihadapi secara laki-laki, bukan secara cewek. Katanya manajer handal, kok mengalihkan isu?

[6]. Kerugian negara dalam masalah inefisiensi PLN amat sangat besar, hingga mencapai 37,6 triliun rupiah. Ia bisa senilai 5 kali Mega Skandal Bank Century yang merugikan negara senilai 6,7 triliun rupiah. Kalau untuk Bank Century ini DPR bisa mengadakan sidang paripurna, maka untuk kasus PLN, mestinya DPR bisa mengadakan sidang pari-pari-pari-pari-purna-nananana. Karena saking paripurnanya. Bangsa Indonesia harus meminta pertanggung-jawaban Dahlan Iskan terkait masalah ini. Jangan biarkan dia lolos, sebab nanti keuangan negara akan dihambur-hamburkan oleh para pejabat dengan seenak udelnya sendiri. Kalau kerugian di PLN ini dibiarkan, waduh benar-benar bakal ancur negara ini. Na’udzubillah min dzalik.

[7]. Dahlan Iskan begitu meremehkan kerugian keuangan negara (BUMN). Hal itu tercermin dari kata-kata dia sendiri. “Benarkah BPK menemukan inefisiensi di PLN sebesar Rp 37 triliun saat saya jadi Dirut-nya? Sangat benar. Bahkan, angka itu rasanya masih terlalu kecil. BPK seharusnya menemukan jauh lebih besar daripada itu,” tulis Dahlan Iskan. Lihat, Temuan Inefisiensi yang Mestinya Melebihi Rp. 37 Triliun (dahlaniskan.wordpress.com). Hal ini menunjukkan, bahwa Dahlan Iskan begitu meremehkan keuangan negara. Seolah rugi 1, 2, 3 triliun tak masalah; rugi 37 triliun tak masalah; bahkan mestinya rugi sampai 100 triliun, kata dia. Ini adalah corak manusia bebal yang tidak memiliki sensitivitas, sok merasa pintar, sok paling visioner, sok paling “leadership”, dan sangat tidak empati dengan penderitaan finansial masyarakat luas. Manusia macam begini mestinya jangan sekali-kali didekatkan kepada jabatan negara. Bisa hancur negara ini.


[8]. Tidak bisa membaca kasus hukum. Salah satu yang sangat disesalkan dari Dahlan Iskan adalah ketidak-mampuannya melihat masalah hukum. Untuk seorang wartawan senior, mantan pimpinan jaringan media Jawa Pos Grup, mantan Dirut PLN, bahkan kini sebagai Meneg BUMN; hal demikian adalah sangat ironis. Seorang Dahlan ternyata tidak paham masalah hukum. Dia begitu rajin mem-blow up isu pemerasan BUMN oleh anggota DPR. Tetapi pada waktu yang sama dia melupakan PEMBOROSAN keuangan PLN hingga mencapai 37.6 triliun rupiah.

Kasus pemerasan yang dituduhkan Dahlan kepada sebagian anggota DPR sulit untuk dibawa ke ranah hukum, karena sulit menghadirkan bukti-bukti. Di sisi lain pemerasan itu sendiri belum menjadi kasus hukum, karena tidak ada kerugian materi pada BUMN. Coba tanyakan ke semua Dirut BUMN itu, apakah mereka sudah mengeluarkan uang sejumlah tertentu untuk diberikan kepada para anggota DPR? Dalam KUHP pasal 368, soal delik pemerasan, disana ada syarat: “Melawan hukum, menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dengan cara paksaan atau kekerasan.” Kalau sekedar mengucapkan kata-kata verbal, tanpa implikasi kerugian apapun bagi yang menerima ucapan itu, ia belum bisa disebut pemerasan. Misal, seseorang menelpon Meneg BUMN sambil berkata: “Berikan ke saya uang 10 juta rupiah!” Lalu ucapan itu diabaikan dan tidak dituruti, tidak ada uang yang diberikan sama sekali. Dalam hal ini si penelpon tidak bisa didakwa dengan delik pemerasan. Dia tidak berbuat kekerasan dan tidak ada kerugian materi pada obyek yang dia tuju.

Dalam sebuah risalah hukum disebutkan: “Menguntungkan diri sendiri atau orang lain itu merupakan tujuan terdekat, dengan memakai paksaan dengan kekerasan, atau ancaman kekerasan. Jadi kalau keuntungan itu akan diperoleh secara tidak langsung, artinya masih diperlukan tahap-tahap tertentu untuk mencapainya, maka bukanlah pemerasan (JM. Van Bemmelen & WFC. Van Hattum, 1954: 291). Dengan adanya bagian inti untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, maka delik ini ada persamaannya dengan delik penipuan yang disebut dalam pasal 378 KUHP, yaitu ada penyerahan sesuatu dari korban kepada pembuat (pemeras).” [Sekilas Tindak Pidana Pemerasan dalam KUHP. Sanghimawan.blogspot.com].

[9]. Dahlan Iskan secara verbal mengakui adanya inefisiensi di tubuh PLN seperti hasil audit BPK. Dalam tulisannya berjudul, Temuan Inefisiensi yang Mestinya Melebihi Rp. 37 Triliun, di blog pribadi Dahlan Iskan, secara jelas dia mengatakan di awal tulisannya: “Benarkah BPK menemukan inefisiensi di PLN sebesar Rp 37 triliun saat saya jadi Dirut-nya? Sangat benar. Bahkan, angka itu rasanya masih terlalu kecil. BPK seharusnya menemukan jauh lebih besar daripada itu.” Kata-kata ini memiliki konsekuensi moral, manajerial, serta hukum. Dari sisi hukum, para penegak hukum harus segera membedah dapur PLN untuk menyingkap segala macam penyimpangan manajerial disana; sehingga karena semua itu perusahaan negara harus buang-buang uang hingga 37,6 triliun rupiah.

Polri dan KPK harus bertindak cepat menyasar manajemen PLN, khususnya di era kepemimpinan Dahlan Iskan. Masyarakat Indonesia dalam kondisi penuh kesulitan, maka penghamburan dana hingga 37,6 triliun harus diminta pertanggung-jawaban serinci-rincinya. Setiap transaksi senilai 1 miliar harus jelas peruntukan dan prosedurnya, sehingga ada 37600 transaksi yang perlu diperiksa; untuk melihat apakah di semua poin itu Dahlan Iskan melanggar hukum atau tidak? Kalau kita bersikap keras kepada koruptor dengan angka kerugian negara Rp. 5 miliar, maka terhadap kasus PEMBOROSAN sampai puluhan triliun ini, harus tegas juga. Sebab esensinya sama, negara kehilangan dana sangat besar.

[10]. Kasus inefisiensi atau buang-buang uang negara di PLN jauh lebih mengerikan dari Mega Skandal Bank Century. Kasus Bank Century sudah berjalan sejak tahun 2003, sementara pemborosan uang di PLN terjadi tahun 2009-2010. Dalam skandal Bank Century uang negara sebenarnya tidak hilang, tetapi dimasukkan ke Bank Mutiara dalam bentuk penyertaan modal. Nilai kerugian dalam kasus Bank Century senilai 6,7 triliun, sedangkan “Mega Skandal Listrik Dahlan Iskan” uang negara yang dihambur-hamburkan mencapai:  Rp. 37,6 triliun. Nilai kerugian pada kasus Bank Century nilainya sekitar 18 % dari kerugian uang negara di PLN. Artinya, nilai kerugian dalam kasus Bank Century tidak sampai 1/5 dari kasus buang-buang uang negara di tubuh PLN.

[11]. Dahlan Iskan nekad menerima amanah menjadi Meneg BUMN. Dalam mengurusi satu BUMN, yaitu PLN, selama 2009-2010, Dahlan Iskan sudah melakukan pemborosan uang PLN hingga 37,6 triliun rupiah. Ini adalah contoh KEGAGALAN KEPEMIMPINAN yang sangat jelas, menyolok, dan merugikan keuangan Negara (BUMN). Namun mengapa setelah itu Dahlan mau menjadi Meneg BUMN untuk mengurusi ratusan BUMN di negeri ini? Mengurusi satu perusahaan saja sudah babak-belur, tapi kok beraninya memimpin Kementrian BUMN? Ini kan model kepemimpinan bonek (bondo nekad). Harusnya Dahlan jangan kabur dulu dari PLN, tapi pertanggung-jawabkan masalah pemborosan uang PLN hingga puluhan triliun rupiah itu!

[12]. Dahlan bukan bertanggung-jawab secara gentle, tetapi malah sibuk melakukan pencitraan. Ini tipikal orang aneh. Seolah kerugian di PLN hingga 37,6 triliun itu dianggap sepele atau biasa saja. Masya Allah. Kalau diukur dari sisi standar kepemimpinan modern, manajemen yang menimbulkan inefisiensi hingga 37,6 triliun itu tidak ada sanksi yang lebih terhormat baginya, selain digantung di Monas (seperti ide Anas Urbaningrum). Sebab kalau tidak demikian, nanti semua Dirut BUMN akan seenak perutnya sendiri menghambur-hamburkan uang negara hingga puluhan triliun rupiah. Mereka bisa berkelit: “Ya semua ini hanya inefisiensi saja kok.”

Salah satu model pencitraan Dahlan Iskan, meskipun sifatnya dipaksakan, ialah dengan peluncuran buku berjudul, “Sepatu Dahlan.”  Dahlan Iskan seperti ingin memperlihatkan dirinya sebagai manusia “paling sepatu kets” karena dinamis, enerjik, dan enggan basa-basi dalam soal birokrasi. Karena tidak mau prosedural itu pula, dia terjerumus memboroskan uang PLN hingga puluhan triliun rupiah. Kalau manusia “super sepatu kets” ini nanti jadi Presiden RI, kira-kira berapa ratus/ribu triliun uang APBN yang akan dia hambur-hamburkan atas nama “kepemimpinan sepatu kets”? Banyak modus-modus pencitraan yang dilakukan Dahlan Iskan. Untuk sosok seperti SBY yang kenes dan kemayu, kita sudah lelah melihat aneka pencitraannya. Lha kok Dahlan Iskan ikut-ikutan hobi membuat citraan-citraan manipulatif? Ini mau menjadi pemimpin bangsa, atau jadi pemain Ludrukan? Kalau memang berjiwa “sepatu kets” ya jangan suka begaya narsis begitu.

[13]. Dahlan Iskan sangat lebay ketika membela diri. Dalam pembelaan di blog pribadinya berjudul:  Temuan Inefisiensi yang Mestinya Melebihi Rp 37 Triliun. Disana antara lain Dahlan mengatakan: “Akibatnya, PLN berada dalam dilema: menggunakan BBM atau mematikan saja listrik Jakarta. Pembangkit besar di Jakarta itu (Muara Karang dan Muara Tawar) memang hanya bisa dihidupkan dengan gas atau BBM. Tidak bisa dengan bahan bakar lain. Tentu PLN tidak mungkin memilih memadamkan listrik Jakarta. Bayangkan kalau listrik Jakarta dipadamkan selama berbulan-bulan. Maka, digunakanlah BBM. Kalau keputusan tidak memadamkan listrik Jakarta itu salah, saya siap menanggung risikonya. Saya berprinsip seorang pemimpin itu tidak boleh hanya mau jabatannya, tapi tidak mau risikonya. Maka, dia harus berani mengambil keputusan dan menanggung risikonya. Kalau misalnya sekarang saya harus masuk penjara karena keputusan saya itu, saya akan jalani dengan ikhlas seikhlas-ikhlasnya! Saya pilih masuk penjara daripada listrik Jakarta padam secara masif berbulan-bulan, bahkan bisa setahun, lamanya. Saya membayangkan, mati listrik dua jam saja, orang sudah marah, apalagi mati listriknya berbulan-bulan.”

Perkataan demikian bukan model jawaban seorang pemimpin yang cerdas, ulet, dan kesatria. Ya kalau semua Dirut BUMN memakai jawaban seperti itu, maka semua masalah di BUMN-BUMN itu tidak akan ada solusinya. Semua orang disana akan dengan mudah berkata: “Coba kalau kami tidak mengirim beras ke Jakarta? Coba kalau kami tidak mensuplai bensin ke Jakarta? Coba kalau kami menutup bank-bank kami di Jakarta? Coba kalau kami meliburkan semua kantor pos kami di Jakarta? Coba kalau signal telekomunikasi di Jakarta kami padamkan saja? Coba pesawat terbang kami dikandangi saja di hangar-hanggar? Coba kalau kami tidak mengirim bahan baku teh, coklat, karet, CPO, kertas, dll. ke Jakarta?” Waduh, kalau semua Dirut BUMN bergaya alay seperti Dahlan, alamat hancur negeri ini.

Kabar terakhir, Dahlan Iskan, mengangkat isu lebih politis. Dia mengatakan, ada kekuatan-kekuatan tertentu, bersifat non kabinet, yang menginginkan dia lengser dari jabatan Meneg BUMN. Sebagian media menyebut ada “empat kekuatan” di balik ide itu. Tetapi menurut saya, secara logis dan profesional, Dahlan Iskan tidak pantas menjadi Meneg BUMN. Dia sudah gagal di PLN, sehingga membuat BUMN negara itu babak-belur akibat pemborosan. Sudah semestinya dia tidak memimpin Kementrian BUMN; dan jangan sekali-kali melibatkan dia dalam kepemimpinan negara. Orang ini –sesuai audit BPK- jelas telah sembrono dalam mengatur keuangan milik negara.

Kalau kasus buang-buang uang hingga puluhan 37,6 ini kita biarkan, kita abaikan, kita remehkan, hanya demi tersihir pesona “sepatu ket” Dahlan; sudahlah sebaiknya negara Indonesia bubaran saja! Sudahlah bubar saja! Uang sebesar itu yang mestinya sangat amat bermanfaat bagi kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia yang menderita, harus dibuang-buang, diboros-boroskan seenaknya.

Coba saja pikirkan, dimana itu rasa keadilan? Untuk bayar listrik, rakyat tidak boleh telat; untuk beli bensin, tidak boleh ngutang; untuk naik KA, harus beli karcis; untuk komunikasi ,harus beli pulsa; untuk mandi dan toilet, air harus bayar; untuk nabung di bank negara, dikenai pajak dan uang “pemeliharaan”; untuk masuk jalan tol, harus keluar ongkos; dan seterusnya. Rakyat harus bayar ini itu untuk mendapat layananan BUMN; apakah kita harus diam saja untuk pemborosan dana PLN hingga puluhan triliun rupiah? Dimana rasa keadilan Tuan, Nyonya, Abang, dan Nona?

Semoga bangsa ini masih memiliki sisa akal sehat.  Dan semoga catatan sederhana ini bermanfaat, ikut mencerdaskan kesadaran bangsa ini. Amin Allahumma amin.

Dahlan Iskan Presiden Freemason Berikutnya



  • Tahukah anda, Dahlan Iskan tercatat sebagai anggota dari Lions Club Indonesia. Ia tercatat sebagai anggota organisasi yang berafiliasi ke Yahudi itu dengan nomor  83335. Ia menjadi anggota dari District 307B Indonesia-Surabaya Surya. Ia sempat menjadi ‘President’ District tersebut. Kini ia menjabat sebagai salah satu direktor.
  •  Lions Club sendiri adalah sebuah klub yang di yakini oleh para ahli menginduk kepada Freman sonry-tangan dari Zionisme Internasional. Tidak semua orang bisa menjadi anggotanya. Hanya orang yang di anggap berhasil/sukses dan berpengaruh yang bisa masuk ke dalamnya. Lions club secara lahiriah menyerukan ide “Ikatan Kemanusiaan” dan menghilangkan diskriminasi antara umat manusia. Namun hakikat yang sebenarnya adalah organosasi ini merupakan mantel selubung Zionisme.
  • Bagi yang mengetahui sepak terjangnya sejak lama, Dahlan Iskan memang dikenal selaku figur yang berperan besar dalam mendorong perkembangan paham Sepilis (Sekularisme-Pluralisme-Liberalisme) di Indonesia melalui jaringan medianya sendiri, Jawa Pos Group. Keyakinannya yang terpengaruh Nurcholish Madjid, pemikirannya yang selaras Gunawan Muhammad (Tempo), keterlibatannya di Lions Club, dan dukungannya pada kesesatan JIL (Jaringan Iblis Liberal) cukup membuktikan betapa sosok Dahlan Iskan sangat tidak layak berada dalam lingkaran kekuasaan atas Indonesia yang mayoritas Muslim. Posisinya di jajaran Pemerintahan sekarang justru dia manfaatkan untuk memupuk pencitraan bagi dirinya selaku Menteri yang “merakyat” yang bisa jadi modal menuju RI 1 pada Pemilu 2014.
  • Pola pencitraan ini hampir serupa dengan Jokowi yang kini tengah diasong kaum Sepilis untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Karena gencarnya propaganda media yang mendukung kepentingan kaum Sepilis maka banyak masyarakat awam yang masih terpedaya dan menjadi korban dari pencitraan tersebut. Inilah saatnya umat Islam bergerak untuk menyadarkan saudara sesama Muslim agar tidak terpikat lagi oleh pencitraan “merakyat” dari tokoh semacam Dahlan Iskan.
Koran Jawa Pos pada Selasa, 29 Mei 2012, memuat iklan 1 halaman dari Kementerian BUMN dengan menampilkan 6 BUMN yang terpilih selaku perusahaan paling menguntungkan versi majalah Forbes 2012. Bagi masyarakat awam, iklan ini sekilas hanya menunjukkan keberhasilan yang membanggakan dari 6 BUMN yang dianggap berprestasi. Namun bagi kalangan yang memahami makna simbolik dalam setiap pesan sosial yang disajikan secara visual maka iklan ini jelas mengandung ketidaklaziman. Bila ditarik garis penghubung antara berbagai unsur gambar dan huruf yang terdapat dalam iklan ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa formasinya menunjukkan pola kesatuan simbol yang bersifat Masonik, yakni segitiga bermata satu di atas patahan piramida. Ini bukan sembarang simbol yang dianggap tidak bermakna namun sudah menjadi lambang ancaman dalam riwayat peradaban manusia selaku simbol pemujaan atas sosok Dajjal dan sistem kemungkaran yang dinaunginya.
Ada dua analisa atas termuatnya simbol tersebut dalam iklan ini. Pertama yang dilandasi “Kebetulan” dan ke dua yang dilandasi “Kesengajaan” pada proses perancangan iklan. Dalam analisa pertama, pihak periklanan bisa jadi mengingkari unsur kesengajaan dan menyatakan ini sebagai kebetulan semata. Terhadap dalih macam itu dapat dipertanyakan profesionalitas perancangan iklan, karena ini berarti mereka tidak punya wawasan mendalam atas konsep visual yang diterapkan. Alangkah tidak wajar bila jasa periklanan yang menangani klien sekelas Kementerian BUMN tidak dikelola tenaga ahli di bidang komunikasi visual yang seharusnya memahami makna simbolik yang berkembang secara sensitif di masyarakat. Dalam analisa ke dua, patut diduga bahwa pihak periklanan sesungguhnya memahami makna simbol itu di masyarakat namun justru mereka gunakan kontroversinya untuk memanfaatkan momentum. Indikasi ini justru menunjukkan adanya upaya pelecehan terhadap keyakinan umat beragama atas ancaman kemungkaran yang terkandung dalam simbol tersebut. Terlebih lagi ketika hal ini diterapkan pada iklan Kementerian BUMN yang menyangkut hajat hidup bangsa dan negara Indonesia.
Sesungguhnya yang paling bertanggungjawab pada kasus ini adalah Menteri BUMN, Dahlan Iskan, yang tentunya turut memprakarsai dan menyetujui iklan tersebut. Bagi yang mengetahui sepak terjangnya sejak lama, Dahlan Iskan memang dikenal selaku figur yang berperan besar dalam mendorong perkembangan paham Sepilis (Sekularisme-Pluralisme-Liberalisme) di Indonesia melalui jaringan medianya sendiri, Jawa Pos Group. Keyakinannya yang terpengaruh Nurcholish Madjid, pemikirannya yang selaras Gunawan Muhammad (Tempo), keterlibatannya di Lions Club, dan dukungannya pada kesesatan JIL (Jaringan Iblis Liberal) cukup membuktikan betapa sosok Dahlan Iskan sangat tidak layak berada dalam lingkaran kekuasaan atas Indonesia yang mayoritas Muslim. Posisinya di jajaran Pemerintahan sekarang justru dia manfaatkan untuk memupuk pencitraan bagi dirinya selaku Menteri yang “merakyat” yang bisa jadi modal menuju RI 1 pada Pemilu 2014.
Pola pencitraan ini hampir serupa dengan Jokowi yang kini tengah diasong kaum Sepilis untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Karena gencarnya propaganda media yang mendukung kepentingan kaum Sepilis maka banyak masyarakat awam yang masih terpedaya dan menjadi korban dari pencitraan tersebut.
Inilah saatnya umat Islam bergerak untuk menyadarkan saudara sesama Muslim agar tidak terpikat lagi oleh pencitraan “merakyat” dari tokoh semacam Dahlan Iskan. Memang pengaruh media massa mainstream kini sangat kuat sehingga umat pun harus lebih kuat dalam melawan pengaruhnya. Jangan sampai seorang Muslim justru membela penokohannya pada Dahlan Iskan dengan gigih padahal dia mengetahui sosok tersebut sangat mendukung JIL yang merupakan barisan penghujat Nabi Muhammad SAW. Syarat utama bagi calon pemimpin Indonesia berikutnya adalah keteguhan aqidah, dan siapapun yang tidak memenuhi kriteria tersebut wajib ditolak pencalonannya oleh umat Islam di negeri ini.
Next Masonic President
Banyak tokoh yang muncul ke permukaan dengan pencitraan yang aduhai. Salah satunya ialah Dahlan Iskan, Mentri Badan Umum Milik Negara (BUMN). Begitu menjabat, banyak gebrakan di lakukan sehingga menuai pujian dari berbagai kalangan. Namanya melambung. Belakangan Dahlan sudah mulai digadang-gadang sebagai calon Presiden Indonesia. Tapi tahukah anda, Dahlan Iskan tercatat sebagai anggota dari Lions Club Indonesia. Ia tercatat sebagai anggota organisasi yang berafiliasi ke Yahudi itu dengan nomor  83335. Ia menjadi anggota dari District 307B Indonesia-Surabaya Surya. Ia sempat menjadi ‘President’ District tersebut. Kini ia menjabat sebagai salah satu direktor.
Pantas kemudian pandangan-pandangannya sangat neoliberal. Di tengah jabatannya yang sekarang, ia pun tetap melanjutkan rencana privatisasi BUMN. Satu per satu BUMN yang ‘sehat’ masuk dalam rencana penjualan. Pembelinya tidak lain adalah kapitalis asing. Sebelumnya, di media yang di pimpinnya yakni Jawa Pos Grup, Dahlan memberi tempat yang eksklusif  bagi kelompok Liberal, Ulil dan kawan-kawan. Mereka mengisi rubrik ‘Kajian Utan Kayu, yang pesan-pesannya kental akan nuansa pluralisme dan deislamisasi. Lions Club sendiri adalah sebuah klub yang di yakini oleh para ahli menginduk kepada Freman sonry-tangan dari Zionisme Internasional. Tidak semua orang bisa menjadi anggotanya. Hanya orang yang di anggap berhasil/sukses dan berpengaruh yang bisa masuk ke dalamnya. Lions club secara lahiriah menyerukan ide “Ikatan Kemanusiaan” dan menghilangkan diskriminasi antara umat manusia. Namun hakikat yang sebenarnya adalah organosasi ini merupakan mantel selubung Zionisme. 
Setali tiga uang dengan Lions Club, ada juga Rotary Club. Organisasi yang induknya juga sama dengan Lions Club ini menancapkan kukunya di seluruh dunia termasuk Indonesia. Organisasi ini juga merekrut orang-orang berpengaruh di suatu wilayah menjadi anggotanya. Salah satu yang terjerat adalah istri Walikota Solo, Kamis (23/2), Rotary Club (RC) Solo Kartini melantik Iriana Joko Widodo sebagai anggota kehormatan mereka, bersamaan dengan ulang tahun ke-107 Rotary Internasional. Iriana mengaku senang di jadikan anggota ke hormatan karena tertarik dengan kegiatan Rotary Club yang banyak bergelut di bidang kemanusiaan.
Sejak Lama 
Sepak terjang kaki tangan Zionis di Indonesia sebenarnya telah berlangsung lama, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Mereka merekrut orang lokal untuk mempropagandakan slogan mereka yakni HAM, demokrasi, Sikap moderat, dan toleransi. Apalagi Belanda terkenal sebagai tempat pertemuan Zionis Internasional sejak dulu kala. Dr Th. Stevens, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya: ‘Tarekat Mason Bebas dan Masy`rakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764- 1962’ menyebut gerakan-gerakan kesukuan dan berbasiskan sekularisme,pluralisme dan liberalisme dan anti islam di gerakkan oleh tokoh-tokoh anggota jaringan Zionis internasional. 
Dalam buku yang peredarannya terbatas itu di sebutkan bahwa beberapa tokoh yang kini di sebut sebagai pahlawan adalah kaki tangan Zionis, sebut saja Boedi Oetomo, yang tokoh kuncinya adalah anggota jaringan Zionis Internasional, seperti Pangeran Ario Notodirejo yang merupakan anggota Loge Mataram dan ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911-1914. Nama lain yang di sebut dalam buku itu antara lain Raden Adipati Tirto Koesoemo, Bupati Karang Anyar dan menjadi anggota Lodge Mataram sejak tahun 1895. Lodge adalah pusat aktifitas para anggota freemason. Juga ada nama Mas Boediarjo, Raden Mas Toemenggoeng Ario Koesoemo Yoedha, dan salah satu tokoh kemerdekaan Dr Radjiman Wedyodiningrat (Ketua Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia). RM Adipati Ario Poerbo Hadiningrat, Bupati Semarang termasuk juga di dalamnya. Ia menulis buku berjudul: “Wat Ik als Javaan voor geest an ge moed in de vrijmetselarij heb gevonden” yang berisi tentang pengalaman hidupnya sebagai seorang jawa yang menemukan jiwa dalam organisasi Freemason. 
Ada pula nama Sultan hamengkubuwono VIII, RM  AAA Tjokro Adiekoesoemo,RAS Soemiro Kolopaking Poerbonegoro Paku Alam VIII, dan juga Raden Said Soekanto. Nama terakhir ini adalah kepala kepolisian RI pertama yang menjabat pada tahun 29 September 1945 hingga 14 Desember 1959. Di tahun 1952, saat masih menjabat sebagai Kapolri, Jendral (pol) Soekanto juga aktif menjabat sebagai Suhu Agung (Grandmaster) dari Timur Agung Indonesia atu Federasi Nasional Mason Indonesia. Ia memimpin Loji Indonesia Purwo Daksina. Ia juga menjabat sebagai ketua Yayasan Raden Saleh, yang merupakan penerusan Dari Carpentier Althing Stiching. Keberadaan jaringan Zionis Internasional ini pernah di bubarkan dan di larang oleh Presiden Soekarno melalui Lembaran Negara dengan Nomor 18/1961, bulan Februari 1961, yang di kuatkan melalui Keppres no.264 tahun 1962. Yang di bubarkan adalah beberapa organisasi yang merupakan jaringan Zionis Internasional Seperti Rosikrusian, Morl Re-armament, Lion Club, Rotary dan Bahaisme dan seluruh Lodge (loji) mereka di sita. 
Di era Soeharto, kendati hubungan Diplomatik tidak ada, beberapa tokoh Militer dan Intellijen berhubungan dengan Israel. Mereka mendapatkan ilmu dari Negara Zionis tersebut. Ketika Abdurrahman Wahid berkuasa, semua putus dengan Israel itu dihidupkan kembali. Gusdur mencabut Keppres yang di keluarkan oleh Soekarno itu melalui keppres No.69 Tahun 2000 tanggal 23 Mei 2000. Walhasil, gerakan kaum Zionis ini kian leluasa di Indonesia. Apalagi memasuki era Reformasi. Semua kran dibuka dan tidak ada filter sama sekali terhadap racun yang ingin di sebarkan masuk ke Indonesia. Hubungan kerja sama dagang dengan orang-orang Zionis sudah kasat mata. Misalnya: bagaiman Grup Bakri yang menggandeng perusahaan Rothschild-Yahudi Amerika. 
Di Indonesia, para pengemban ide-ide Zionis ini tak lagi berbaju organisasi Zionis tetapi berbaju liberal dan organisasi-organisasi sosial. Jargon yang di suarakan juga sama yakni kebebasan, persamaan, toleransi, demokrasi, HAM, Pluralisme, dan sejenisnya. Tujuan jangka panjangnya adalah mengakui keberadaanya kaum Zionis sebagai satu entitas politik yang harus di akui. Itulah Israel Raya.

aqidahsalafshalih 7:56 pm pada Mei 30, 2012

Dahlan Iskan dinilai perlu dibawa ke psikiater

 
“Kalau negeri Indonesia dibangun dengan konstitusi kemudian ada pembantu-pembantu presiden tipikal gini harus dibawa ke psikiater,” kata Effendy geram, di gedung DPR, Senin (3/12/2012).

    Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Effendy Simbolon geram terhadap Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Effendy menilai Dahlan perlu dibawa ke psikiater.

    Kegeraman politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut karena Dahlan pulang sebelum rapat dengan Komisi VII DPR dibuka. Padahal, Dahlan harus memberi penjelasan lanjutan tentang kerugian yang dialami Perusahaan Listrik Negara saat menjadi direktur utama.

    “Masak begini cara pemerintahan Pak SBY. Saya berpulang lagi kepada pak Presiden, mempunyai pembantu yang saya nggak tahu ya mengistilahkannya. Verifikasi ini kan diperlukan. Saya syok dan saya enggak tahu ya kalau negeri Indonesia dibangun dengan konstitusi kemudian ada pembantu-pembantu presiden tipikal gini harus dibawa ke psikiater,” kata Effendy geram, di gedung DPR, Senin (3/12/2012).

    Effendy tidak habis pikir dengan tingkah Dahlan. Datang ke ruangan Komisi VII pada 09.45 WIB. Duduk sebentar, kemudian meninggalkan ruangan dengan alasan dipanggil Presiden untuk rapat pada 10.38 WIB.

    “Tetap ya kita jalan. Saya ingin dengar dari teman-teman seperti apa. Tapi kan ini tidak etis ya. Kalau betul seorang menteri masak punya etika begitu. Kalau alasannya Presiden, masak Presiden membiarkan ada pembantunya mengingkar, enggak baik ya. Kita ini lembaga negara, jangan main-main loh,” ujarnya.

    Etika yang baik, kata Effendy, Dahlan harusnya menunggu untuk dibuka rapat terlebih dahulu. Bukan lantas langsung pergi. “Loh itu sampaikan dalam rapat dong. Kita ini ada etikanya. Apapun alasannya monggo disampaikan dalam rapat, dalam forum,” katanya.

    Dengan nada geram, Effendy menilai Dahlan agak panik. Bahkan, dia menyindir Dahlan bakal ditendang dari kabinet. “Memang sangat panik dia dari gesturnya. Mungkin harus begini ya biar Presidennya bersih-bersihkan kabinetnya lah. Ini kacau loh negeri ini kalau begitu, tidak patuhnya kepada aturan,” katanya. [rok] inilah.com, Oleh: Agus Rahmat nasional – Senin, 3 Desember 2012 | 10:54 WIB

(nahimunkar.com)

Dahlan Iskan nasibmu kini


    Dahlan Iskan dalam masalah besar. Pimpinan DPR RI segera mengirimkan surat “Cinta” teguran kepada Meneg BUMN ini.

    Bahkan juga surat rekomendasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyangkut nasib Dahlan Iskan.

    Tapi surat itu  masih sedang dirancang (masih bentuk draf).

    Penegasan itu diungkapkan oleh  Ketua DPR RI Marzuki Alie, pada Rapat Pimpinan DPR, di Jakarta, Rabu (12/12/2012)

    Tapi ia tak bisa memastikan apakah dalam surat BK itu nantinya manampilkan nama- nama anggota DPR yang dituduh memeras, dan tak terbukti.

    “Diteruskan ke Presiden. Tapi dicek dulu agar jangan salah ketik atau salah kalimat,” katanya.

    Marzuki berjanji begitu surat BK sampai di tangannya, ia akan langsung mengirimkannya sesuai dengan tujuannya. (adamson) CitraIndonesia.Com:  12 December 2012 | Jam 16:20 WIB

***

Dahlan Iskan dan IPO BUMN

    IPO (Initial Public Offering). Secara definitif, IPO adalah penjualan saham sebuah perusahaan ke publik.
    Proses IPO BUMN selalu saja diselimuti masalah. Ada yang tidak transparan, ada yang tidak rasional, dan ada yang sarat KKN. Dampaknya, keuangan negara yang dirugikan.

    Isu mengenai IPO BUMN juga mengemuka di awal era Dahlan Iskan menjabat menteri BUMN.
    IPO BUMN selama ini memang kerap menuai kontroversi. Secara spesifik contohnya IPO Krakatau Steel yang disinyalir merugikan negara sampai ratusan miliar rupiah. Atau IPO Maskapai Garuda yang masih terus bermasalah sejak dilepas pada awal tahun lalu sampai saat ini. Jadi, Farid menilai wajar jika sejumlah media terkesan mendesak DPR turun tangan dengan membentuk pansus terkait kasus IPO BUMN ini.

Inilah analisis tentang pemberitaan IPO BUMN.

***

    IPO BUMN

    IMMC: Bagi sebagian kalangan, istilah IPO (Initial Public Offering) mungkin masih terasa asing. Namun bagi orang-orang yang menggeluti dunia bisnis, istilah ini pasti sudah tidak asing lagi. Yang jadi masalah sebenarnya bukan pada asing tidaknya istilah tersebut, akan tetapi definisi, dampak, dan prosesnya. Ketiga hal inilah yang bisa menjawab pertanyaan mengapa isu mengenai IPO BUMN juga mengemuka di awal era Dahlan Iskan menjabat menteri BUMN.

    Secara definitif, IPO adalah penjualan saham sebuah perusahaan ke publik. Jika yang dijual adalah saham perusahaan swasta, mungkin media tidak akan begitu banyak menurunkan pemberitaan. Mengapa? Karena hal itu sudah biasa terjadi. Setiap hari, ratusan perusahaan mentransaksikan sahamnya di lantai BEJ. Namun ketika yang IPO adalah BUMN, maka bukan lagi wajar kalau media memberitakannya, tapi sudah sampai pada level wajib. Pasalnya, bahasa lain dari menjual saham BUMN ke publik adalah menjual aset negara!

    Di sisi lain, proses IPO BUMN selalu saja diselimuti masalah. Ada yang tidak transparan, ada yang tidak rasional, dan ada yang sarat KKN. Dampaknya, keuangan negara yang dirugikan. Jadi wajar kalau banyak analis ekonomi yang menilai proses IPO sejumlah BUMN sarat dengan kepentingan politik yang menguntungkan segelintir orang.

    “Meskipun isu IPO BUMN ini tidak sepopuler isu yang lain dan hanya dipahami secara benar oleh kalangan berpendidikan, namun media tetap menyajikannya sebagai konsumsi publik. Ini merupakan fenomena positif. Di satu sisi, para pemegang kebijakan di bidang itu memiliki kontrol sosial sehingga meminimalisir terjadinya praktik-praktik yang merugikan neraga. Sedangkan di sisi lain, berita mengenai masalah IPO ini bisa mencerdaskan masyarakat,” kata Farid Koja mengawali paparannya di Jakarta beberapa waktu yang silam.

    Lebih lanjut Farid menjelaskan bahwa IPO BUMN selama ini memang kerap menuai kontroversi. Secara spesifik ia mencontohnya IPO Krakatau Steel yang disinyalir merugikan negara sampai ratusal miliar rupiah. Atau IPO Maskapai Garuda yang masih terus bermasalah sejak dilepas pada awal tahun lalu sampai saat ini. Jadi, Farid menilai wajar jika sejumlah media terkesan mendesak DPR turun tangan dengan membentuk pansus terkait kasus IPO BUMN ini.

    http://www.immcnews.com/analisa-dahlan-iskan/ipo-bumn.html

***

    Dahlan Gantungkan Nasib IPO Semen Baturaja

    INILAH.COM, Jakarta – Komisi XI DPR RI menyepakati untuk menunda keputusan privatisasi PT Semen Baturaja, Rabu 12 Desember 2012, karena Meneg BUMN Dahlan Iskan tidak hadir.

    “Jadi kita sepakati rapat diskors sampai besok karena kita harus menunggu Dahlan hadir besok,” ujar Ketua Komisi XI, Emir Moeis dalam raker privatisasi PT Semen Baturaja di Jakarta, Rabu (12/12/2012).

    Sebagian besar fraksi saat diminta pendapat untuk menunda atau memutuskan sempat terjadi silang pendapat karena jika keputusan IPO Semen Baturaja ini diputuskan sebelum mendengar pendapat Meneg BUMN merasa tidak absah.

    Anggota Komisi XI, Dolfie mengatakan siapa yang akan tanggungg jawab jika keputusan ini dilakukan secara parsial. “Ini bahaya lho sampai dilepas 35% saham, bisa -bisa sampai 2014 atau 2020 jadi 50% saham pemerintah digerus,” kata dia.

    Karena menurutnya pilar penopang ekonomi itu koperasi, BUMN, dan swasta. Apa jadinya jika perusahaan BUMN nantinya mendekati swasta. [ast] Oleh: Restu A Putra

    ekonomi – Rabu, 12 Desember 2012 | 13:56 WIB INILAH.COM


Sejumlah kebijakan Dahlan Iskan kontroversial, DPR meradang

Sejumlah kebijakan Dahlan Iskan kontroversial, DPR meradang

    Dahlan dianggap melanggar UU No 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU No 19/2003 tentang BUMN.
    DPR pun mengajukan hak interpelasi. Ketua DPR, Marzuki Alie mendukung pengajuan interpelasi tersebut

    Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Dahlan Iskan Menteri BUMN, bisa dibilang kontroversial. Bahkan sampai membuat DPR meradang.

    Merdeka.com mencoba merangkum beberapa kebijakan Dahlan yang kontroversial.

    1. Penunjukan Dirut Merpati

    Menteri BUMN Dahlan Iskan menunjuk Rudy Setyopurnomo sebagai direktur utama Merpati pada pertengahan Mei tahun lalu. Penunjukan ini dinilai sebagai salah satu kebijakan Dahlan yang kontroversi. Sebab, Rudy pernah gagal membawa maskapai penerbangan Indonesia Airlines bisa bersaing dengan perusahaan maskapai nasional lainnya.

    Suara yang sama juga diutarakan oleh mantan pegawai Merpati. Sejak Rudy duduk sebagai nahkoda Merpati, konflik internal terus mencuat. Bahkan, mantan pegawai Merpati menyebut bahwa Rudy bisa menjabat sebagai orang nomor satu di Merpati karena kedekatan dengan Kementerian BUMN.

    “Katanya dia anak emas Pak Dahlan,” ujar mantan Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines Sardjono Jhony Tjitrokusumo.

    2. Tak beri suntikan modal

    Perusahaan BUMN diharapkan bisa tumbuh mandiri tanpa terus bergantung pada suntikan modal negara. Sekiranya itu salah satu pertimbangan Dahlan Iskan sangat selektif memberikan suntikan modal berupa penyertaan modal negara (PMN).

    Tentu saja kebijakan ini menimbulkan kontroversi di kalangan perusahaan pelat merah yang selama ini lancar menerima jatah dari negara. Dahlan sempat menyebutkan bahwa ada 13 perusahaan BUMN yang meminta tambahan modal negara. Tapi ditolak mentah-mentah.

    Bahkan Dahlan mengancam akan memecat dirut perusahaan pelat merah tersebut jika masih meminta uang negara.

    “Saya langsung tegaskan saya minta dirut-dirut mencabut suratnya,” tegas Dahlan.

    Dahlan mengatakan akan membiarkan BUMN tersebut mati daripada harus mengucurkan dana dari pemerintah yang memang tidak sesuai aturan.

    “Jangan berharap dapat PMN, kecuali industri strategis persenjataan dan asuransi seperti Askrindo dan Jamkrindo, selebihnya tidak ada PMN. Saya tau teman teman meminta, kalau mau mati ya mati saja,” ucap Dahlan.

    3. Perusahaan sawit harus pelihara sapi

    Untuk mengurangi impor sapi dan mencapai swasembada daging, Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta PTPN yang bisnis intinya mengelola sawit, untuk ikut ternak sapi.

    Dalam pikiran Dahlan, memelihara sapi dalam kebun sawit tidak sulit karena pelepah sawit bisa jadi makanan sapi dan kotoran sapi bisa menjadi pupuk.

    Dalam ceritanya, Dahlan mengatakan rencana ini sempat menjadi polemik karen tidak ada ahli sapi di PTPN yang mengelola sawit tersebut. Walaupun demikian Dahlan tetap meminta PTPN sawit untuk ternak sapi.

    “Peternakan ini untuk mencukupi kebutuhan daging sapi secara nasional,” ucap Dahlan di Kantornya, Jumat (9/3)

    Akhirnya rencana Dahlan ini kandas karena dalam implementasinya Dahlan kesulitan untuk memperoleh bibit sapi. Padahal Dahlan menargetkan akan ternak sapi sebanyak 10.000 sapi.

    4. Hapus KRL ekonomi

    Dahlan sebagai pimpinan perusahaan pelat merah secara tidak langsung menyetujui rencana PT KAI untuk menghapus kereta atau KRL ekonomi relasi Serpong-Bekasi dan digantikan dengan commuter line. Dahlan berpendapat KRL ekonomi sudah uzur dan kerap rusak dan bahkan mogok di tengah lintasan.

    Dalam pandangannya, KRL ekonomi juga mengganggu kereta lainnya karena sering mogok. Kereta ekonomi yang dimaksud Dahlan adalah milik Kementerian Perhubungan. Dahlan meminta Kementerian Perhubungan membeli kereta baru jika ingin mempertahankan operasional KRL ekonomi.

    “Dalam setahun kemari (2012) rusaknya 1.200 sekian kali itu menjadi omongan masyarakat kereta kok rusak terus,” ucap Dahlan di Kantor PNM, Jakarta, Selasa (26/3).

    Menanggapi ini, Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima langsung menentang kebijakan PT KAI dan Dahlan Iskan. Menurutnya PT KAI tidak berhak menghapus kereta ekonomi. Alasannya, dalam pengoperasiannya KAI mendapatkan penugasan negara dan juga KAI mendapat subsidi dalam bentuk PSO.

    Aria Bima mengaku juga tidak sependapat dengan Dahlan. Jika memang kereta tersebut sudah tua dan sering mogok hingga rajin rusak seharusnya pemerintah mengusulkan dana untuk memperbarui kereta menggunakan APBN.

    5. Tunjuk direksi BUMN tanpa mekanisme RUPS

    Belum lama menjabat sebagai Menteri BUMN, Dahlan langsung mendapat sorotan dan membuat DPR geram. Sebab, Dahlan mengeluarkan terobosan yakni mengeluarkan Keputusan Menteri Nomor KEP-236/MBU/2011 yang mendelegasikan sebagian wewenang Menteri BUMN, selaku perwakilan pemegang saham BUMN dari pemerintah, kepada pejabat eselon 1, dewan komisaris, dan direksi BUMN.

    Melalui Kepmen ini, Dahlan melakukan pemangkasan birokrasi seperti penunjukan direksi BUMN tanpa melalui mekanisme RUPS dan tanpa mekanisme Tim Penilai Akhir (TPA). Cara Dahlan ini telah terjadi dalam kasus penunjukan langsung direksi PT Garuda Indonesia, PT Pelni, PT RNI, dan PT Perkebunan Nusantara III.

    “Sebenarnya tujuannya mempercepat proses, mempermudah pengambilan keputusan, penyederhanaan prosedur dan perbaikan birokrasi,” ucap Dahlan saat itu.

    Anggota DPR mulai meradang dengan kebijakan Dahlan tersebut. Dahlan dianggap melanggar UU No 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU No 19/2003 tentang BUMN, UU No 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan dan UU No 27/2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

    Atas kebijakan ini, DPR pun mengajukan hak interpelasi. Ketua DPR, Marzuki Alie mendukung pengajuan interpelasi tersebut sebagai pengawasan dan untuk meluruskan kesalahan Dahlan.

    “Membelinya saja harus persetujuan pemegang saham, melalui rapat tahunan. Kok, waktu menjualnya tidak melalui persetujuan pemegang saham. Nah itu yang ingin kami luruskan,” ujar Marzuki.

    Mrdkcom, Reporter : Idris Rusadi Putra, Rabu, 27 Maret 2013 06:26:00


Adakah Dahlan Iskan Manusia Suci?

Adakah Dahlan iskan manusia suci

  • Jika merasa tidak bersalah mengapa Dahlan Iskan menolak hadir di DPR, memberikan klarifikasi atas temuan audit investigasi yang dilakukan BPK. Dan sebentar lagi nasib rakyat miskin dan jelata, megap-megap akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL), dan sekarang Dahlan membela diri dan cuci tangan?

  • Manusia yang dianggap “ajaib” yaitu Meneg BUMN Dahlan Iskan,harus menghadapi DPR, yang bersikeras meminta mempertanggung-jawabnya terkait hasil audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atas pemeriksaan sektor hilir listik.

  • Selanjutnya, selaku Meneg BUMN Dahlan Iskan dua kali tidak menghadiri undangan Komisi VII DPR terkait klarifikasi atas temuan BPK. Alasannya, Dahlan sibuk acara kunjungan kerja yang telah dijadwalkan sebelumnya. Bukan itu pokok soalnya, ujung masalah berasal dari hasil pemeriksaan BPK No.30/Auditama VII/PDTT/09/2011 tertanggal 16 September 2011. Di sinilah angka Rp 37 triliun muncul.
Jakarta - Ada manusia dadakan yang sekarang mendapatkan covered media yang begitu luas, dan dianggap akan mempunyai peluang menjadi salah satu kandidat  capres, yaitu Dahlan Iskan.


Mantan wartawan dan pengelola Jawa Pos, seakan-akan manusia yang paling “super dan bersih“, dan selalu tampil beda, di dalam berbagai peristiwa, terkait dengan jabatannya yang baru sebagai Meneg BUMN.

Rakyat tak begitu jelas, apa alasan sejatinya Presiden SBY, mengangkat Dahlan Iskan menjadi Meneg BUMN?

Dilihat dengan latar belakangnya, yang sangat minim, kemudian harus  mengelola asset BUMN, yang ribuan triliun itu? Sebelumnya, Dahlan hanya menjadi Dirut PLN, dan itu pun belum ada prestasi yang sangat menonjol sebagai Dirut PLN, tiba-tiba ketika berlangsung reshuffle kabinet, muncul nama Dahlan Iskan, menyadi Meneg BUMN.

Apakah ini hasil lobi kalangan pengusaha Cina kepada Presiden SBY? Tentu, ketika itu, Dahlan mendatangkan ribuan genset buatan Cina, yang alasannya digunakan menutupi kebutuhan listrik, dan kebijakannya itu, tak melalui prosedur tender, tetapi hanya penunjukkan.

Sekarang, manusia yang dianggap “ajaib” yaitu Meneg BUMN Dahlan Iskan,harus menghadapi DPR, yang bersikeras meminta mempertanggung-jawabnya terkait hasil audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atas pemeriksaan sektor hilir listik.

Selanjutnya, selaku Meneg BUMN Dahlan Iskan dua kali tidak menghadiri undangan Komisi VII DPR terkait klarifikasi atas temuan BPK. Alasannya, Dahlan sibuk acara kunjungan kerja yang telah dijadwalkan sebelumnya. Bukan itu pokok soalnya, ujung masalah berasal dari hasil pemeriksaan BPK No.30/Auditama VII/PDTT/09/2011 tertanggal 16 September 2011. Di sinilah angka Rp 37 triliun muncul.

Dalam kesimpulan pemeriksaan BPK yang diperoleh INILAH,COM disebutkan “PLN tidak dapat memenuhi kebutuhan gas untuk pembangkit sesuai dengan volume dan spesifikasi teknis yang dibutuhkan. Hal tersebut terjadi antara lain pada 8 unit pembangkit yang berbasis dual firing sehingga harus dioperasikan high speed diesel atau solar yang lebih mahal dari gas” demikian ditulis dalam laporan BPK yang diteken Penanggung Jawab Pemeriksaan Ilya Avianti itu.

Dalam pengoperasioan high speed diesel itulah, BPK menemukan PLN kehilangan kesempatan melakukan penghematan. “Hal tersebut mengakibatkan PLN kehilangan kesempatan melakukan penghematan biaya bahan bakar sebesar Rp17.900.681,34 juta pada 2009 dan Rp19.698.224,77 juta pada 2010″

Hasil pemeriksaan BPK inilah yang memantik Komisi VII DPR untuk memanggil Dahlan Iskan dalam kapasitasnya sebagai mantan Direktur Utama PLN. Wakil Ketua Komisi VII DPR Effendi Simbolon mengatakan pihaknya memanggil Dahlan Iskan untuk melakukan klarifikasi atas temuan BPK. “Kenapa terdapat kerugian negara, kami juga gak mau gegabah, kami klafikasi dulu dan (bisa) dinaikan ke panja terus ke rapat komisi, biar clear,” kata Effendi awal pekan lalu.

Namun, Dahlan Iskan memiliki alibi. Menurut dia, dalam temuan BPK tersebut tidak disebutkan terdapat kerugiaan negara, namun BPK menyebut PLN tidak bisa menghemat. “Kalimat di BPK itu karena PLN tidak mendapatkan gas, di dalam temuan BPK tidak ada kalimat yang menyalahkan PLN,” kelit Dahlan di Istana Kepresidenan, Kamis 25 Oktober 2012 lalu.

Sejatinya persoalan tidak hanya sekadar potensi kerugian negara sebesar Rp37 triliun tersebut. Karena di saat bersamaan, akibat penggunaan BBM tersebut, PLN di era Dahlan Iskan juga menyewa ribuan genset yang didatangkan dari China. Rumor mencuat, sewa genset tersebut dilakukan penunjukan langsung.

“Kami juga mendengar rumor tersebut, Pak Dahlan melakukan penunjukan langsung dalam menyewa genset. Itulah yang mau kita klarifikasi,” ujar Sutan kepada berbagai media di Jakarta, Minggu (28/10/2012).

Pemanggilan Dahlan Iskan, kata Ketua DPP Partai Demokrat ini, untuk membreakdown temuan pemerikaaan BPK. Menurut dia, rapat Komisi VII dengan bekas Direktur Utama PLN tersebut penting agar tidak ada fitnah di antara DPR dan Dahlan Iskan. “Biar tidak ada fitnah. Nanti habis reses Pak Dahlan kita panggil lagi,” tambah Sutan.

Soal genset ini, dua bulan setelah dilantik sebagai Direktur Utama PLN, pada Februari 2010 PLN menganggarkan penyewaan genset untuk enam provinsi sebesar Rp2 triliun dengan kapastias 700 Megawatt. Penyewaan tersebut dimaksudkan untuk mengatasi krisis listrik di Jawa-Bali.

Bahkan, pada semester pertama saat memimpin PLN, Dahlan berambisi tidak ada lagi listrik mati di Indonesia pada 30 Juni 2010. Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, pihaknya melakukan penyewaan genset dari China.

Dahlan mengklaim, menyewa genset dari China jauh lebih hemat dibanding menggunakan genset dari dalam negeri. Harga sewa genset dari China sebesar Rp1.700 per kwh sedangkan genset dari dalam negeri membutuhkan biaya sebesar Rp2.200 per kwh.

Pengamat Keuangan Negara dari Universitas Indonesia (UI) Dian Puji N Simatupang menilai temuan BPK terkait PLN belum masuk kategori kerugian negara. Menurut dia, pengertian keuangan negara itu harus pasti dan nyata. “Kalau menurut hukum itu pasti pasti dan nyata. Jadi itu masih potensi,” kata Dian, Minggu (28/10/2012).

Jika merasa tidak bersalah mengapa Dahlan Iskan menolak hadir di DPR, memberikan klarifikasi atas temuan audit investigasi yang dilakukan BPK. Dan sebentar lagi nasib rakyat miskin dan jelata, megap-megap akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL), dan sekarang Dahlan membela diri dan cuci tangan? af/ilh. (voa-islam.com) Selasa, 30 Oct 2012
(naimunkar.com)

- See more at: http://www.nahimunkar.com/adakah-dahlan-iskan-manusia-suci/#sthash.GlmDWFWz.dpuf