PEDULI FAKTA

Twitter @PeduliFakta

Tampilkan postingan dengan label Quraish Shihab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Quraish Shihab. Tampilkan semua postingan
Wartawan Senior Heran Publik Puji Najwa Shihab

Wartawan Senior Heran Publik Puji Najwa Shihab

Publik tidak perlu simpati terhadap Najwa Shihab yang mengundurkan diri dari Metro TV setelah tayangan “Mata Najwa” tentang Novel Baswedan. “Kok ribut soal Mata Najwa. Dipujalah Najwa setinggi langit. Mereka lupa, Najwa mingkem ketika kawan-kawan protes diskriminasi elit Metro,” kata wartawan senior Edy A Effendi di akun Twitter-nya @eae18.

Kata mantan wartawan Media Indonesia ini, Najwa Shihab hanya diam di saat teman-teman di Metro TV memperjuangkan haknya. “Kawan-kawan berjuang membela haknya. Melawan sikap otoriter Brewok. Dia mingkem. Cari aman,” ungkap Edy.

Kata Edy, putri dari Prof Quraish Shihab hanya diam saat media grup diskriminatif terhadap berita-berita Islam. “MataNajwa lenyap. Orang ramai puja-puji Najwa. Mereka lupa, Najwa membiarkan sikap diskriminatif Media Grup terkait berita-berita Islam,” jelas Edy.

Selain itu, kata Edy, kebanyakan orang memuji hiruk pikuk. “Mereka bukan pencari keheningan dan kebeningan,” jelas Edy.

Mata Najwa tak akan mengudara lagi. Begitu isi pengumuman mengejutkan dari presenter kondang Metro TV Najwa Shihab.

Pengumuman itu diwartakan Najwa Shibab melalui akun media sosialnya di Instagram @najwashihab. “Menuju Catatan Tanpa Titik” begitu Najwa menulis dalam akun Instagramnya.

Dalam pengumuman tersebut, Najwa mengatakan bahwa ‘Eksklusif Bersama Novel Baswedan yang tayang 26 Juli 2017 dua pekan lalu menjadi episode live terakhir Mata Najwa. “Pekan depan kita hanya akan menampilkan kompilasi episode-episode Mata Najwa yang digelar on stage di berbagai kota,” tulis Najwa dalam akun instagramnya seperti dikutip detikcom, Selasa (8/8/2017). (kl/sn)

Buramnya Mata Najwa… Ketika Metro TV Jadi Alat Kampanye Ahok

Buramnya Mata Najwa… Ketika Metro TV Jadi Alat Kampanye Ahok

Belajar dari pengalaman, jika memilih pilihlah yang muslim dibandingkan non-muslim, jika anda memegang pendapat ulama yang boleh ikut memilih pada keadaan tertentu
_______________________________
Buramnya Mata Najwa… [Ketika Metro TV Jadi Alat Kampanye Ahok]
Oleh: Firdaus Cahyadi
Blogger, Pemerhati Media

Islamedia – Saya termasuk penggemar acara Mata Najwa di Metro TV. Acara Mata Najwa adalah sebuah talk show yang kritis. Apalagi pemandunya adalah Najwa Shihab, perempuan yang cerdas dan seringkali membuat narasumbernya kehabisan jawaban saat dikejar pertanyaan olehnya.

Namun, kemarin malam (7/10), saya agak kaget melihat Mata Najwa dengan tema, “Para Penantang Ahok”. Semula saya memperkirakan di acara talkshow itu akan terjadi perbincangan yang lebih substantif terkait kebijakan-kebijakan Ahok sehingga beberapa orang memilih menjadi penantangnya.

Semula saya juga menduga bahwa persoalan-persoalan yang selama ini mendapat perlawanan dari publik, seperti; pembangunan 6 jalan tol dalam kota, reklamasi pantai utara Jakarta, Proyek Giant Sea Wall, penggusuran warga miskin kota, penanganan banjir, sampah akan menjadi perbincangan seru di talkshow itu. Karena dugaan itulah, saya sengaja menunda makan malam hanya untuk menunggu acara ini.

Namun, dugaan saya salah. Kali ini Mata Najwa justru seperti menghindar dari diskusi-diskusi yang bisa mencerdaskan khalayak. Mata Najwa seperti menggiring talkshow kali ini hanya membahas figur Ahok dari sisi kesantunan dalam bicara dan isu etnis serta agama. Najwa Sihab tidak mengarahkan diskusi mengenai kebijakan Ahok yang kontroversial. Seakan selama ini pihak-pihak yang menantang Ahok tidak ada yang mempermasalahkan kebijakannya. Mereka menantang Ahok karena persoalan kesantunan dalam bicara dan perbedaan etnis serta agama.

Marco Kusumawijaya, salah satu pihak yang diposisikan sebagai penantang Ahok, sempat mengangkat persoalan-persoalan yang substansial dari kota Jakarta, seperti lingkungan hidup, budaya dan keterlibatan warga dalam pengambilan kebijakan. Namun, sayang Najwa Shihab tidak begitu tertarik menggali lebih dalam persoalan-persoalan substantif pengelolaan kota Jakarta itu.

Frame (Bingkai) yang dipakai dalam talkshow Mata Najwa kali ini adalah “Tidak Ada yang Salah dalam Kebijakan Ahok di Jakarta”.

Mata Najwa kali ini gagal menggali lebih dalam, tentang kebijakan Ahok yang mendorong pembangunan 6 tol dalam kota, padahal pembangunan tol baru justru akan merangsang penggunaan kendaraan bermotor pribadi, dan akhirnya akan menambah kemacetan serta polusi udara di Ibukota.

Mata Najwa kali ini gagal menggali lebih dalam, tentang kebijakan reklamasi dan proyek Giant Sea Wall dari sisi keberlanjutan lingkungan hidup dan sosial.

Mata Najwa kali ini juga gagal menggali lebih dalam ritual penggusuran warga miskin kota yang justru dilestarikan oleh Ahok.

Dalam hati saya bertanya, kenapa Mata Najwa kali ini tidak kritis? Apakah buramnya Mata Najwa dalam episode, “Para Penantang Ahok”, terkait dengan santernya kabar bahwa Partai Nasdem siap dukung Ahok dalam Pilkada Jakarta? Entahlah.

Yang jelas pada episode ini Mata Najwa nampak buram dan tidak memberikan pencerahan ke khalayak. Mata Najwa kali ini lebih mirip acara kampanye Ahok untuk mempertahankan kekuasaannya daripada sebuah diskusi yang mencerdaskan. Sayang sekali…

Inilah TRIO PEMBELA SYI'AH -KELUARGA SHIHAB

Ketiganya masing-masing Adalah 'orang Ternama' dan seringkali tampil di Media Publik negeri ini.
1. Umar Shihab (Kakak Tertua).
Kakek tua ini adalah seorang 'Antek' Pembela Syi'ah yang bercokol di MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat, dan masih tetap Aktif sebagai Anggota di Lembaga tersebut hingga detik ini.
2. Quraish Shihab.
Seorang yang mengklaim dirinya sebagai Ahli Tafsir Al-Qur'an dan seringkali muncul di beberapa Media TV dalam acara Tafsir Al-Misbah.
3. Alwi Shihab.
Orang ini adalah Politisi dan Pejabat yang pernah duduk dalam Kabinet Pemerintahan di Era GusDur. Bahkan saat ini pernah mendapat tugas Khusus dari Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan Surat-surat Kepercayaan kepada Presiden Iran, Hasan Rouhani.
Dari Beberapa Sumber yang kami kutip, telah menyebutkan bahwa Keluarga besar Shihab adalah termasuk Warga Keturunan Arab yang berasal dari Daerah Hadramaut, Yaman. Kemudian Orang Tua mereka hijrah dan bermukim di Sulawesi Selatan, negeri Indonesia.
Pada beberapa Kesempatan, secara terpisah masing-masing dari ketiga Tokoh bersaudara ini seringkali tampil membela Ajaran Sesat Syi'ah di depan Media Publik.
Namun Aneh-nya, di antara mereka ada yang menolak di sebut pengikut Syi'ah , walaupun sangat gigih membela ajaran Syi'ah.
Orang itu adalah : Quraish Shihab.
.
Sama halnya dengan kedua saudaranya, Umar dan Alwi. Quraish Shihab pun menginginkan adanya : TAQRIB (persatuan) antara ajaran Sesat Syi'ah dengan Agama Islam Ahlu Sunnah (Sunni). bahkan Quraish menganggap perbedaan antara Sunni dengan Syi'ah hanya pada masalah Furu'iyyah (Masalah Kecil saja) dan tidak perlu di besar-besarkan.
.
NA'UDZUBILLAHI MIN ZALIK ....!!!
.
Hendaknya Umat Islam Negeri ini berhati-hati dengan ketiga orang bersaudara di atas ...!
.
Jauh-jauh hari Para Ulama Ahlu Sunnah telah mengingatkan hal yang membahayakan seperti ini.
.
" Orang Alim (berilmu) Namun Menyesatkan "
.
Oleh karena itu Janganlah Fanatik Buta dengan Orang Alim yang ternyata Menyesatkan . Sangat Berbahaya !
.
Karena sesungguhnya Ada Tiga hal yang bisa merusak Agama , yaitu :
.
1. Bahaya tergelincirnya orang alim,
2. bantahan orang munafik,
3. dan pemimpin-pemimpin yang menyesatkan.
.
Ulama Besar Ahlu Sunnah, Imam Ibnu Taimiyah mengingatkan bahaya tergelincirnya orang alim, bantahan orang munafik, dan pemimpin-pemimpin yang menyesatkan, dengan mengemukakan atsar dari Umar dan Abu Darda’.
.
وَقَالَ زِيَادُ بْنُ حُدَيْرٍ : قَالَ عُمَرُ : ثَلَاثٌ يَهْدِمْنَ الدِّينَ زَلَّةُ الْعَالِمِ وَجِدَالُ الْمُنَافِقِ بِالْقُرْآنِ وَأَئِمَّةٌ مُضِلُّونَ
.
Ziyad bin Hudair berkata, Umar telah berkata : Tiga perkara yang merusak agama, adalah tergelincirnya orang alim (ulama), bantahan orang munafiq dengan Al-Qur’an, dan pemimpin-pemimpin (imam-imam) yang menyesatkan.
.
وَقَالَ الْحَسَنُ : قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ : إنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ زَلَّةَ الْعَالِمِ وَجِدَالَ الْمُنَافِقِ بِالْقُرْآنِ,...
.
Al-Hasan berkata, telah berkata Abu Darda’: “Sesungguhnya di antara hal yang aku khawatirkan atas kamu sekalian adalam tergelincirnya orang alim (ulama), dan bantahan orang munafiq dengan Al-Qur’an… (Ibnu Taimiyyah, Kitab al-Fatawa Al-Kubro, juz 9 halaman 108).
.
عَنْ زِيَادِ بْنِ حُدَيْرٍ قَالَ قَالَ لِى عُمَرُ : هَلْ تَعْرِفُ مَا يَهْدِمُ الإِسْلاَمَ؟ قَالَ قُلْتُ : لاَ. قَالَ : يَهْدِمُهُ زَلَّةُ الْعَالِمِ وَجِدَالُ الْمُنَافِقِ بِالْكِتَابِ وَحُكْمُ الأَئِمَّةِ الْمُضِلِّينَ
.
Dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, Umar telah berkata kepadaku: Apakah kamu tahu apa yang menghancurkan Islam? Ia (Ziyad) berkata, aku berkata: Tidak. Ia (Umar) berkata: yang menghancurkan Islam adalah tergelincirnya orang alim (ulama), bantahan orang munafik dengan al-Qur’an, dan hukum (keputusan) pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. --. (HR. ad-Darimi, dan berkata Syaikh Husain Asad: isnadnya –pertalian riwayatnya—shahih).
.
Dalam hal ini Ibnu Taimiyyah menegaskan :
.
وَلِهَذَا قِيلَ : احْذَرُوا زَلَّةَ الْعَالِمِ فَإِنَّهُ إذَا زَلَّ زَلَّ بِزَلَّتِهِ عَالَمٌ
.
Oleh karena itu dikatakan: Awas hati-hati (hindarilah) tergelincirnya orang alim (ulama), karena sesungguhnya ketika ia tergelincir maka tergelincirlah dunia karena tergelincirnya (ulama itu).
(Ibnu Taimiyah, kitab Majmu’ Fatawa, juz 4 halaman 296).
.
Wallahu A'lam.... Wallahu Al Musta'an.
Pesantren Sidogiri Membongkar Pemikiran Menyimpang Ulama Metro TV Quraish Shihab

Pesantren Sidogiri Membongkar Pemikiran Menyimpang Ulama Metro TV Quraish Shihab

PANJIMAS.COM – Jauh sebelum orang-orang ramai meributkan ketidakberesan pemikiran ulama Metro TV Prof. Dr. Quraish Shihab di kalangan liberal di Indonesia, Sudah jamak diketahui beliau sebagai seorang yang bermasalah.

Jilbab tidak wajib danTak ada jaminan Rasulullah SAW masuk surga Hanyalah dua hal kontroversi beliau yang mengemuka ke publik. Dan terakhir adalah kajian tafsir di Metro TV membolehkan “ucapan selamat natal”.

Beliau pernah menulis buku, “Sunnah -Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?” Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati pada Maret 2007.Di antara yang ditegaskan QS di buku ini bahwa perbedaan sunni dan syi’ah bukan pada ushul. QS juga menyanggah keberadaan Abdullah bin Saba’. Beliau menyebut Abdullah bin Saba’ sebagai tokoh fiktif. Dalam buku ini QS juga ingin mendegradasi posisi Abu Hurairah RA sebagai sahabat Rasulullah SAW yang paling banyak meriwayatkan hadis.

Menanggapi buku tersebut, teman-teman santri Pondok Pesantren Sidogiri menulis buku bantahan, “Mungkinkah Sunnah Syiah Bersatu Dalam Ukhuwah?” Semua pembelaan Quraish Shihab terhadap Syiah telah dimentahkan santri-santri Sidogiri di buku ini.

Sidogiri ttg syihab syiahDari Jakarta, QS mengirim pesan ketidaksukaannya terhadap buku yang telah membantah bukunya. Santri (pelajar) gitu loh, membantah bukunya profesor. Dari pelosok Pasuruan, teman-teman Sidogiri pun merespon, “Kalau memang sanggahan kami ada yang perlu disanggah balik, silakan saja. Atau mari kita ketemu, kita duduk dalam satu majelis, kita bedah bareng buku kita masing-masing!”

Namun ajakan para santri ini sampai sekarang belum dipenuhi oleh Sang Profesor. Pada Haul Habib Muhanmas bin Salim al Aththas di Masjid Baalawi, Singapura, Quraish Shihab pernah berceramah. Dalam ceramahnya, beliau mengkritisi kitab maulid, Diba’. Tepatnya pada bait: “Mauliduhu bi Makkah, wa hijratuhu bil Madinah wa shulthonuhu bis-Syam.”

Salah seorang yang hadir ketika itu adalah Habib Umar bin Muhsin Al Aththas, Lawang. Habib Umar sebenarnya bermaksud mendebat QS. Namun Habib Hasan Al Aththas sebagai tuan rumah mencegah beliau.

Berikut Pengakuan Dr Adian Husaini Terhadap Buku Pesantren Sidogiri

Di tengah malasnya tradisi ilmiah, buku terbitan Pesantren Sidogiri tentang “ukhuwah” Sunni-Syiah patut diacungi jempol.Belum lama ini saya menerima kiriman berupa sebuah buku terbitan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Judulnya cukup panjang: “Mungkinkah Sunnah-Syiah dalam Ukhuwah? Jawaban atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?)” Penulisnya adalah Tim Penulis Buku Pustaka Sidogiri, Pondok Pesantren Sidogiri, yang dipimpin seorang anak muda bernama Ahmad Qusyairi Ismail.

Membaca buku ini halaman demi halaman, muncul rasa syukur yang sangat mendalam. Bahwa, dari sebuah pesantren yang berlokasi di pelosok Jawa Timur, terlahir sebuah buku ilmiah yang bermutu tinggi, yang kualitas ilmiahnya mampu menandingi buku karya Prof. Dr. Quraish Shihab yang dikritik oleh buku ini. Buku dari Pesantren Sidogiri ini terbilang cukup cepat terbitnya. Cetakan pertamanya keluar pada September 2007. Padahal, cetakan pertama buku Quraish Shihab terbit pada Maret 2007. Mengingat banyaknya rujukan primer yang dikutip dalam buku ini, kita patut mengacungi jempol untuk para penulis dari Pesantren tersebut.

Salah satu kesimpulan Quraish Shihab dalam bukunya ialah, bahwa Sunni dan Syiah adalah dua mazhab yang berbeda. “Kesamaan-kesamaan yang terdapat pada kedua mazhab ini berlipat ganda dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan dan sebab-sebabnya. Perbedaan antara kedua mazhab – dimana pun ditemukan – adalah perbedaan cara pandang dan penafsiran, bukan perbedaan dalam ushul (prinsip-prinsip dasar) keimanan, tidak juga dan Rukun-rukun Islam.” (Cetakan II, hal. 265).

Berbeda dengan Quraish Shihab, pada bagian sampul belakang buku terbitan Pesantren Sidogiri, dikutip sambutan KH. A. Nawawi Abdul Djalil, pengasuh Pesantren Sidogiri yang menegaskan: “Mungkin saja, Syiah tidak akan pernah habis sampai hari kiamat dan menjadi tantangan utama akidah Ahlusunnah. Oleh karena itu, kajian sungguh-sungguh yang dilakukan anak-anak muda seperti ananda Qusyairi dan kawan-kawannya ini, menurut saya merupakan langkah penting untuk membendung pengaruh aliran sesat semacam Syiah.”

Berikut ini kita kutip sebagian kritik dari Pesantren Sidogiri terhadap Quraish Shihab (selanjutnya Quraish Shihab disingkat “QS” dan Pondok Pesantren Sidogiri disingkat “PPS”). Kutipan dan pendapat QS dan PPS diambil dari buku mereka masing-masing.

1. Tentang Abdullah bin Saba‘.

QS: “Ia adalah tokoh fiktif yang diciptakan para anti-Syiah. Ia (Abdullah bin Saba’) adalah sosok yang tidak pernah wujud dalam kenyataan. Thaha Husain – ilmuwan kenamaan Mesir – adalah salah seorang yang menegaskan ketiadaan Ibnu Saba’ itu dan bahwa ia adalah hasil rekayasa musuh-musuh Syiah.” (hal. 65).

PPS: Bukan hanya sejarawan Sunni yang mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba’. Sejumlah tokoh Syiah yang diakui ke-tsiqah-annya oleh kaum Syiah juga mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba’. Sa’ad al-Qummi, pakar fiqih Syiah abad ke-3, misalnya, malah menyebutkan dengan rinci para pengikut Abdullah bin Saba’, yang dikenal dengan sekte Saba’iyah. Dalam bukunya, al-Maqalat wa al-Firaq, (hal. 20), al-Qummi menyebutkan, bahwa Abdullah bin Saba’ adalah orang memunculkan ide untuk mencintai Sayyidina Ali secara berlebihan dan mencaci maki para sahabat Nabi lainnya, khususnya Abu Bakar, Umar, dan Utsman r.a. Kisah tentang Abdullah bin Saba’ juga dikutip oleh guru besar Syiah, An-Nukhbati dan al-Kasyi, yang menyatakan, bahwa, para pakar ilmu menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah orang Yahudi yang kemudian masuk Islam. Atas dasar keyahudiannya, ia menggambarkan Ali r.a. setelah wafatnya Rasulullah saw sebagai Yusya’ bin Nun yang mendapatkan wasiat dari Nabi Musa a.s. Kisah Abdullah bin Saba’ juga ditulis oleh Ibn Khaldun dalam bukunya, Tarikh Ibn Khaldun. (hal. 44-46).

2. Tentang hadits Nabi saw dan Abu Hurairah r.a.:

QS: “Karena itu, harus diakui bahwa semakin banyak riwayat yang disampaikan seseorang, semakin besar potensi kesalahannya dan karena itu pula kehati-hatian menerima riwayat-riwayat dari Abu Hurairah merupakan satu keharusan. Disamping itu semua, harus diakui juga bahwa tingkat kecerdasan dan kemampuan ilmiah, demikian juga pengenalan Abu Hurairah r.a. menyangkut Nabi saw berada di bawah kemampuan sahabat-sahabat besar Nabi saw, atau istri Nabi, Aisyah r.a.” (hal. 160).

QS: “Ulama-ulama Syiah juga berkecil hati karena sementara pakar hadits Ahlusunnah tidak meriwayatkan dari imam-imam mereka. Imam Bukhari, misalnya, tidak meriwayatkan satu hadits pun dari Ja’far ash-Shadiq, Imam ke-6 Syiah Imamiyah, padahal hadits-haditsnya cukup banyak diriwayatkan oleh kelompok Syiah.” (hal. 150).

PPS: “Sejatinya, melancarkan suara-suara miring terhadap sahabat pemuka hadits sekaliber Abu Hurairah r.a. dengan menggunakan pendekatan apa pun, tidak akan pernah bisa meruntuhkan reputasi dan kebesaran beliau, sebab sudah pasti akan bertentangan dengan dalil-dalil hadits, pengakuan para pemuka sahabat dan pemuka ulama serta realitas sejarah. Jawaban untuk secuil sentilan terhadap Abu Hurairah r.a. sejatinya telah dilakukan oleh para ulama secara ilmiah dan rasional. Banyak buku-buku yang ditulis oleh para ulama khusus untuk membantah tudingan miring terhadap sahabat senior Nabi saw tersebut, diantaranya adalah al-Burhan fi Tabri’at Abi Hurairah min al-Buhtan yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ali an-Nash, Dr. Al-A’zhami dalam Abu Hurairah fi Dhau’i Marwiyatih, Muhammad Abu Shuhbah dalam Abu Hurairah fi al-Mizan, Muhammad ?Ajjaj al-Khatib dengan bukunya Abu Hurairah Riwayat al-Islam dan lain-lain.”

Dalam Bidayah wa an-Nihayah, Ibn Katsir mengatakan, bahwa Abu Hurairah r.a. merupakan sahabat yang paling kuat hafalannya, kendati beliau bukan yang paling utama. Imam Syafii juga menyatakan, “Abu Hurairah r.a. adalah orang yang memiliki hafalan paling cemarlang dalam meriwayatkan hadits pada masanya.” (hal. 320-322).

Karena kuatnya bukti-bukti keutamaan Abu Hurairah, maka PPS menegaskan: “Dengan demikian, maka keagungan, ketekunan, kecerdasan dan daya ingat Abu Hurairah tidak perlu disangsikan, dan karena itulah posisi beliau di bidang hadits demikian tinggi tak tertandingi. Yang perlu disangsikan justru kesangsian terhadap Abu Hurairah r.a. seperti ditulis Dr. Quraish Shihab: “Karena itu, harus diakui bahwa semakin banyak riwayat yang disampaikan seseorang, semakin besar potensi kesalahannya dan karena itu pula kehati-hatian menerima riwayat-riwayat dari Abu Hurairah merupakan satu keharusan.” (hal. 322).

“Pernyataan seperti yang dilontarkan oleh Dr. Quraish Shihab tersebut sebetulnya hanya muncul dari asumsi-asumsi tanpa dasar dan tidak memiliki landasan ilmiah sama sekali. Sebab jelas sekali jika beliau telah mengabaikan dalil-dalil tentang keutamaan Abu Hurairah dalam hadits-hadits Nabi saw, data-data sejarah dan penelitian sekaligus penilaian ulama yang mumpuni di bidangnya (hadits dan sejarah). Kekurangcakapan Dr. Quraish Shihab di bidang hadits semakin tampak, ketika beliau justru menjadikan buku Mahmud Abu Rayyah, Adhwa’ ?ala Sunnah Muhammadiyah, sebagai rujukan dalam upaya menurunkan reputasi Abu Hurairah r.a. Padahal, semua pakar hadits kontemporer paham betul akan status dan pemikiran Abu Rayyah dalam hadits.” (hal. 322-323).

Tentang banyaknya hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a., Dr. al-A’zhami melakukan penelitian, bahwa jumlah 5.000 hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah adalah jika dihitung hadits yang substansinya diulang-ulang. Jika penghitungan dilakukan dengan mengabaikan hadits-hadits yang diulang-ulang substansinya, maka hadits dari Abu Hurairah yang ada dalam Musnad dan Kutub as-Sittah tinggal 1336 saja. “Nah, kadar ini, kata Ali as-Salus, bisa dihafal oleh pelajar yang tidak terlalu cerdas dalam waktu kurang dari satu tahun. Bagaimana dengan Abu Hurairah, yang merupakan bagian dari mu’jizat kenabian?” (hal. 324).

Memang dalam pandangan Syiah, seperti dijelaskan oleh Muhammad Husain Kasyif al-Ghitha’ (tokoh Syiah kontemporer yang menjadi salah satu rujukan kaum Syiah masa kini), yang juga dikutip oleh QS: “Syiah tidak menerima hadits-hadits Nabi saw kecuali yang dianggap sah dari jalur Ahlul bait. Sementara hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para perawi semacam Abu Hurairah, Samurah bin Jundub, Amr bin Ash dan sesamanya, maka dalam pandangan Syiah Imamiyah, mereka tidak memiliki nilai walau senilai nyamuk sekalipun.” (hal. 313).

PPS juga menjawab tuduhan bahwa Ahlusunnah diskriminatif, karena tidak mau meriwayatkan hadits dari Imam-imam Syiah. Pernyataan semacam itu hanyalah suatu prasangka belaka dan tidak didasari penelitian ilmiah apa pun. Dalam kitab-kitab Ahlusunnah, riwayat-riwayat Ahlul Bait begitu melimpah. Imam Bukhari memang tidak meriwayatkan hadits dari Imam Ja’far ash-Shadiq, dengan berbagai alasan, terutama karena banyaknya hadits palsu yang disandarkan kaum Syiah kepada Ja’far ash-Shadiq. Bukan karena Imam Bukhari membencinya. Bukhari juga tidak meriwayatkan hadits dari Imam Syafii dan Ahmad bin Hanbal, bukan karena beliau membenci mereka. (hal. 324-330).

3. Tentang pengkafiran Ahlusunnah:

QS: “Apa yang dikemukakan di atas sejalan dengan kenyataan yang terlihat, antara lain di Makkah dan Madinah, di mana sekian banyak penganut aliran Syiah Imamiyah yang shalat mengikuti shalat wajib yang dipimpin oleh Imam yang menganut mazhab Sunni yang tentunya tidak mempercayai imamah versi Syiah itu. Seandainya mereka menilai orang-orang yang memimpin shalat itu kafir, maka tentu saja shalat mereka tidak sah dan tidak juga wajar imam itu mereka ikuti.” (hal. 120).

PPS: “Memperhatikan tulisan Dr. Quraish Shihab di atas, seakan-akan Syiah yang sesungguhnya memang seperti apa yang digambarkannya (tidak menganggap Ahlusunnah kafir dan najis). Akan tetapi siapa mengira bahwa faktanya tidak seperti penggambaran Dr. Quraish Shihab? Jika kita merujuk langsung pada fatwa-fatwa ulama Syiah, maka akan tampak bahwa sebetulnya Dr. Quraish Shihab hendak mengelabui pemahaman umat Islam akan hakikat Syiah. Bahwa sejatinya, Syiah tetap Syiah. Apa yang mereka yakini hari ini tidak berbeda dengan keyakinan para pendahulu mereka. Dalam banyak literatur Syiah dikemukakan, bahwa orang-orang Syiah yang shalat di belakang (menjadi makmum) imam Sunni tetap dihukumi batal, kecuali dengan menerapkan konsep taqiyyah… “Suatu ketika, tokoh Syiah terkemuka, Muhammad al-Uzhma Husain Fadhlullah, dalam al-Masa’il Fiqhiyyah, ditanya: “Bolehkah kami (Syiah) shalat bermakmum kepada imam yang berbeda mazhab dengan kami, dengan memperhatikan perbedaa-perbedaan di sebagian hukum antar shalat kita dan shalat mereka?” Muhammad Husain Fadhlullah menjawab: “Boleh, asalkan dengan menggunakan taqiyyah.” (348-349).

Seorang dai Syiah, Muhammad Tijani, mengungkapkan, bahwa “Mereka (orang-orang Syiah) seringkali shalat bersama Ahlusunnah wal Jama’ah dengan menggunakan taqiyyah dan bergegas menyelesaikan shalatnya. Dan barangkali kebanyakan mereka mengulangi shalatnya ketika pulang.” (hal. 350-351).

Banyak sekali buku-buku referensi utama kaum Syiah yang dirujuk dalam buku terbitan PPS ini. Karena itu, mereka juga menolak pernyataan Dr. Quraish Shihab bahwa yang mengkafirkan Ahlusunnah hanyalah pernyataan orang awam kaum Syiah. PPS juga mengimbau agar umat Islam berhati-hati dalam menerima wacana “Persatuan umat Islam” dari kaum Syiah. Sebab, mereka yang mengusung persatuan, ternyata dalam kajiannya justru memojokkan Ahlusunnah dan memposisikannya di posisi zalim, sementara Syiah diposisikan sebagai “yang terzalimi”.

Buku terbitan PPS ini memang banyak memuat fakta dan data tentang ajaran Syiah, baik klasik maupun kontemporer. Terhadap Imam mazhab yang empat, misalnya, dikutip pendapat dalam Kitab Kadzdzabu ?ala as-Syiah, “Andai para dai Islam dan Sunnah mencintai Ahlul Bait, niscaya mereka mengikuti jejak langkah Ahlul Bait dan tidak akan mengambil hokum-hukum agama mereka dari para penyeleweng, seperti Abu Hanifah, asy-Syafii, Imam Malik dan Ibnu Hanbal.” (hal. 366).

Terlepas dari fakta tentang Syiah dan kritik terhadap Quraish Shihab, terbitnya buku ini telah menjadi momen penting bagi PPS untuk turut berkiprah dalam peningkatan khazanah keilmuan Islam di Indonesia. PPS memang telah didirikan pada tahun 1745. Jadi, usianya kini telah mencapai lebih dari 260 tahun. Jumlah muridnya kini lebih dari 5000 orang. Sejumlah prestasi ilmiah tingkat nasional juga pernah diraihnya. Diantaranya, pada Ramadhan 1425 H, PPS berhasil meraih juara I dan III lomba karya ilmiah berbahasa Arab yang diselenggarakan oleh Depdiknas RI.

Dalam Jurnal Laporan Tahunan 1425/1426 H, disebutkan bahwa PPS juga cukup sering mendapat kunjungan tamu-tamu dari luar negeri. Termasuk dari kedutaan Australia dan Amerika Serikat. Mereka selalu menerima tamunya dengan baik. Tetapi, dengan sangat berhati-hati, selama ini, PPS senantiasa menolak dana bantuan dan hibah dari Australia dan Amerika.

PPS juga termasuk salah satu pesantren di Jawa Timur yang sangat gigih dalam melawan penyebaran paham Liberal. Ditulis dalam Laporan Tahunan tersebut: “Tahun ini, PPS menggerakkan piranti dunia maya untuk melestarikan dan menyelamatkan ajaran Ahlusunnah dari serbuan berbagai aliran sesat. Di website www.sidogiri.com secara khusus disediakan rubrik “Islam Kontra Liberal”. Rubrik ini digunakan oleh Pondok Pesantren Sidogiri untuk meng-counter wacana-wacana pendangkalan akidah yang ramai berkembang saat ini. Liberalisme, humanisme, rasionalisme, pluralisme, feminisme, sekularisme, dekonstruksi syariah dan paham-paham destruktif modern lainnya, menjadi bidikan yang terus ditangkal dengan wacana-wacana salaf yang dipegang Pondok Pesantren Sidogiri.”

Kita berdoa, mudah-mudahan akan terus lahir karya-karya ilmiah yang bermutu tinggi dari PPS. Begitu juga dari berbagai pesantren lainnya.

JUDUL BUKU: MUNGKINKAH SUNAH SYIAH DALAM UKHUWAH?

Tak ada maksud lain dari kehadiran buku ini, selain sebagai upaya mendudukkan dua faham yang memang berbeda ini (Sunni-Syiah) secara proporsional. Menegaskan perbedaan, tidak berarti menutup ruang untuk saling menghormati dan bertoleransi. Justru adalah absurd, jika mimpi persatuan itu diharapkan muncul dari ranah yang memang berhadap-hadapan secara diametral.
Ajakan untuk menjalin ukhuwah adalah baik, namun jika harus mengorbankan akidah, maka itu akan menjadi musibah. Mari kita bangun ukhuwah, dengan tanpa mengormankan akidah. [AW/NU Garis Lurus]

Sumber artikel: http://panjimas.com/citizens/2015/04/19/pesantren-sidogiri-membongkar-pemikiran-menyimpang-ulama-metro-tv-quraish-shihab/

Quraish Shihab Bukan Mufasir Al Quran

Quraish Shihab Bukan Mufasir Al Quran

Pati, Ahad (15/12/2013) di masjid Al-Islam di kota Pati Jawa Tengah, saat kajian rutin kitab hadits Jamius Shohih Bukhari bersama beliau Ust Mustaqim,LC yang lebih terkenal dalam dunia media Sang Singa Tauhid dari Pantura atau Mantan Santri Tambak Beras Jombang ini kembali membuat tercengang para jama’ahnya.

Setelah menerangkan beberapa Hadits yang dibaca saat kajian sore itu, tibalah saat tanya jawab, maka sontak ada jama’ah yang menanyakan persoalan pada beliau.

“Ust sampai hari ini saya terheran-heran, mengapa orang sekelas Quraish Shihab yang mengarang tafsir Al Misbah dan mendapatkan pujian dari banyak kalangan kok mengatakan bahwa jilbab itu adalah produk budaya bukan sebuah kewajiban, sebenarnya beliau ini mufasir atau apa Ust?” demikian pertanyaan yang di sampaikan.

Tanpa panjang lebar, Ust yang lama belajar di negeri piramid Mesir ini menjawab dengan tegas “ooo perlu jamaah ketahui bahwa Quraish Shihab itu bukan seorang Mufasir, dia cuma seorang lulusan S3 di Mesir yang mempelajari tentang tafsir Al quran, jadi kita harus bisa membedakan orang yang sedang belajar dengan ahli itu beda”.

Kemudian beliau menceritakan kejadian menarik bersangkutan dengan Quraish Shihab waktu di Mesir, kata Ust yang kini tinggal di Pati ini “saya masih ingat tahun 1997 saat itu kami mahasiswa yang belajar di al Azhar Mesir dikumpulkan untuk mendengarkan presentasinya bersangkutan dengan jilbab.

Setelah panjang lebar dia menerangkan, akhirnya dia mengatakan “saya tidak menemukan satu ayat pun dalam tafsir imam qurthubi yang berjumlah hampir 3 jilid itu, tentang diperintahkannya wanita berjilbab, akan tetapi imam al Qurtubi mengatakan bahwa itu adalah produk budaya,” dengan sangat sungguh-sungguh ust yang sekarang lebih memilih jualan di pasar itu menceritakan.

Kemudian beliau melanjutkan, “setelah itu tiba-tiba ada wanita bercadar berdiri dimana dia adalah seorang mahasiswi al Azhar yang berasal dari Kalimantan mengatakan “maaf bapak, saya telah membaca tafsir imam al Qurtubi hingga lima kali khatam, akan tetapi saya tidak pernah menemukan kalimat bahwa jilbab itu adalah hasil produk budaya, di halaman berapakah kalimat itu berada? wahh langsung saja mixnya di berikan MC lalu ke belakang,” demikian akhir kisahnya.

Beliau Ust Mustaqim,Lc juga mengatakan sangat beda antara orang yang belajar dalam bidang al Quran meskipun dia seorang profesor dengan seorang Mufasir, karena seorang Mufasir pasti akan menyelaraskan amal dan ilmunya, sedangkan Quraish Shihab membiarkan anaknya telanjang tanpa jilbab.

Semoga umat Islam Indonesia tidak terkecoh kepada para Ulama atau Asatidz yang bertitle tinggi tapi liberal dibandingkan para penyeru tauhid yang lurus. (KSL)

Sumber Berita: www.islamlagi.com/ Senin, 16 Desember 2013 – 14:22:06 WIB
(nahimunkar.com) Posted on Jul 19th, 2014

Bisakah Islam Berdamai Dengan Syiah?

Bisakah Islam Berdamai Dengan Syiah?

> Kita bicara obyektif ya. Tanpa emosi. Murni sebatas ilmu.

> Berdamai dengan orang kafir betulan, Ahlul Kitab dan musyrikin, itu BISA. Tapi dengan Syiah, tidak mungkin berdamai.

> Nabi SAW pernah berdamai dengan Yahudi, kabilah-kabilah Arab, juga musyrikin Makkah. Ingat momen Piagam Madinah dan Hudaibiyah.

> Berdamai dengan orang kafir betulan sangat mungkin. Karena MASING-MASING PUNYA KEYAKINAN SENDIRI. Islam begini; Kristen begitu; Yahudi beda lagi; Hindu lain; Budha beda, dan strusnya.

> Tapi agama Syiah kan beda. Mereka mengambil BAHAN DASAR dari Islam, lalu mereka bentuk apa saja YANG MENENTANG prinsip-prinsip Islam. Itulah hakikat Syiah.

> COBA perhatikan akidah Syiah: Menghujat Al Qur'an, menghina isteri-isteri Nabi, menghina Abu Bakar, Umar, Utsman dan para Shahabat Nabi, mempertuhankan imam-imam, menafikan hadits Nabi, menghalalkan zina, mengkafirkan Muslim, dan lain-lain.

> Ketidakmungkinan damai dengan Syiah, justru karena AKIDAH yang mereka peluk. Akidah mereka adalah ANTITESA akidah Ahlus Sunnah (ISLAM). Bukan karena soal-soal politik, pemikiran, atau wawasan budaya.

> Kalau hanya faktor politik, dg org kafir tulen pun kita bisa berdamai.

SEMOGA BERMANFAAT. Amin.

Quraish Shihab Syiah

 Alwi Shihab & Nizar Shihab adalah adik kandung Umar Shihab (Ketua MUI yg selalu membela #Syiah) & Quraish Shihab (penulis tafsir Al-Mishbah)  

Tafsir Al-Mishbah Quraish Shihab banyak mengambil referensi dari tafsir Al-Mizan karya Muhammad Husayn Tabataba’i -ulama terkemuka #Syiah

Karena itu sebagian tokoh Sunni menuduhnya #Syiah & menentang pengangkatannya sbg Mentri Agama menjelang berakhirnya pemerintahan Soeharto

Tuduhan itu terus menguat terutama krn pandangan/tulisannya yg positif tentang Syiah & seringnya dia tampil dalam acara2 yg mendukung #Syiah

Kita bisa melihat positifnya pandangan beliau ttg #Syiah dlm buku "M. Quraish Shihab Menjawab "?" 1001 Soal Keislaman yg Patut Anda Ketahui"

Berikut saya tampilkan jawaban atau fatwa beliau tentang #Syiah setelah menguraikan perbedaan ahlu Sunnah & Syiah http://t.co/nXPBqZ63XL


Menariknya buku-buku karya Quraish Shihab seperti Tafsir Al-Mishbah & 1001 Soal Keislaman itu diterbitkan oleh Lentera Hati -penerbit #Syiah

Silahkan cek, Lentera Hati ini umumnya menerbitkan buku2 karya ulama #Syiah seperti Fiqh Imam Ja'far Shadiq karya Muhammad Jawad Mughniyyah

Tafsir Al-Mizan karya M. Husayn Tabataba’i, Hakikat & Rahasia Shalat karya Khomeini & Imam Penerus Nabi Muhammad karya Mujtaba Musa #Syiah

Perlu juga diketahui bahwa penerbit Lentera Hati itu dipimpin oleh Najelaa Shihab, anak sulung Quraish Shihab #Syiah http://t.co/UeJdpGVgIy


Pujian Quraish Shihab kepada Najelaa Shihab sebagai pimpinan Lentera Hati di bagian penutup Tafsir Al-Mishbah #Syiah http://t.co/3TJwoRv66B



Tahun lalu Quraish Shihab memberi sambutan dalam acara peluncuran Buku Putih Madzhab #Syiah. Rekamannya ada di sini http://t.co/EMQT2fu2tC

Sementara itu Ahmad Nizar Shihab saat ini adlh anggota DPR Partai Demokrat, anggota Dewan Pembina Partai & caleg 2014 Partai Demokrat #Syiah

Alwi Shihab sebagaimana kita ketahui adalah mantan Menlu di era kepresidenan Abdurrahman Wahid & Menkokesra di era kepresidenan SBY #Syiah

Di era tahun 80-an dia bersama dgn tokoh2 Liberal spt Nurcholis Madjid, Harun Nasution & Abdurrahman Wahid pasang badan utk membela #Syiah

Selain melalui aktifitas pendidikan, kursus ataupun pengajian, misionari #Syiah di Indonesia juga dilakukan lewat penerbitan buku & majalah

Ada dua tipe penerbitan yg dilakukan #Syiah; komersil & non-komersil. Penerbitan komersil dilakukan oleh perusahaan penerbit milik org Syiah

Mereka tdk hanya menerbitkan buku2 #Syiah tapi juga buku2 Sunni & umum. 3 pemain utama bidang ini adalah Mizan, Pustaka Hidayah & Lentera Hati

Sedangkan penerbitan non-komersil dilakukan oleh yayasan2 #Syiah. Kebanyakan diedarkan di kalangan sendiri atau secara terbatas ke publik

Hampir semua penerbitan non-komersil mengusung nama yayasannya sbg penerbit tapi ada pula yg memakai nama lain utk tujuan yg lbh luas #Syiah

Seperti Pustaka Zahra yg merupakan perusahaan penerbitan milik yayasan Fatimah & penerbit Cahaya yg merupakan milik yayasan IPABI #Syiah

Di antara produk non-komersil yg diterbitkan yayasan2 #Syiah itu antara lain majalah Bahtera yg diterbitkan bersama oleh Muthahhari & IJABI

Kemudian ada majalah An-Nashr yg diterbitkan IPABI, majalah Syi'ar yg diterbitkan ICC, & Suara Ummah yg diterbitkan Forum Al-Husainy #Syiah

Pernah juga terbit majalah Yaumul Quds & Waris (Warta Republik Islam) yg diterbitkan oleh Kedubes Iran Jakarta yg membuat Depag risau #Syiah

Departemen Agama menemukan indikasi bahwa kedua majalah ini digunakan oleh Iran utk menyebarkan paham #Syiah & menularkan ide Revolusi Iran

Depag lalu menerbitkan surat edaran berjudul "Hal Ihwal Mengenai Golongan #Syiah" tgl 5 Des 1983 sbg peringatan kewaspadaan internal Depag

Usaha misionari #Syiah ini tentu tdk dibiarkan begitu saja oleh kaum Sunni. Sejak dulu hingga skrg tokoh2 Sunni terus berusaha menghadangnya.

Video Fatwa Jilbab oleh Prof. DR. Quraish Shihab mendapat kritikan dari DR. Ahmad Zain An-Najah

Dibawah ini adalah Video Fatwa Jilbab oleh Prof. DR. Quraish Shihab mendapat kritikan dari DR. Ahmad Zain An-Najah