PEDULI FAKTA

Twitter @PeduliFakta

Tampilkan postingan dengan label Soekarno. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Soekarno. Tampilkan semua postingan
SEJARAH & KEBIADABAN PKI DARI MASA KE MASA..!!

SEJARAH & KEBIADABAN PKI DARI MASA KE MASA..!!

BELAJAR DARI SEJARAH
(PKI Thn. 1960 s/d Sekarang).

Untuk kewaspadaan nasional jangan lupa dengan sejarah agar dijadikan pelajaran jangan melakukan kesalahan yang sama.

1. Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.

2. Tanggal 17 Agustus 1960 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustuts 1960 tentang PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.

3. Pertengahan Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 (dua) juta orang.

4. Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.

5. Bulan April 1962 : Kongres PKI.

6. Tahun 1963 : PKI memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara” melawan Malaysia.

7. Tanggal 10 Juli 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.

8. Tahun 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH. Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH. Isa Anshari, KH. Mukhtar Ghazali, KH. EZ. Muttaqien, KH. Soleh Iskandar, KH. Ghazali Sahlan dan KH. Dalari Umar.

9. Bulan Desember 1964 : Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.

10. Tanggal 6 Januari 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1 / KOTI / 1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah memfitnah PKI

11. Tanggal 13 Januari 1965 : Dua sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) menyerang dan menyiksa peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan pelajar wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mush-haf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.

12. Awal Tahun 1965 : PKI dengan 3 juta anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).

13. Tanggal 14 Mei 1965 : Tiga sayap organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut perkebunan negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dengan menangkap dan menyiksa serta membunuh Pelda Sodjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.

14. Bulan Juli 1965 : PKI menggelar pelatihan militer untuk 2000 anggotanya di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara”, dan dibantu oleh unsur TNI Angkatan Udara.

15. Tanggal 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.

16. Tanggal 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.

17. Tanggal 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S / PKI atau disebut juga GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) :

a. PKI menculik dan membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA – Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo.

b. PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution.

c. PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga rumah kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan rumah Jenderal AH Nasution.

d. PKI juga menembak putri bungsu Jenderal AH Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yang berusaha menjadi perisai ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.

e. G30S / PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.

f. Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah perwira ABRI / TNI dari berbagai angkatan, antara lain :

- Angkatan Darat : Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief

- Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi

- Angakatan Udara : Men / Pangau Laksyda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono

- Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.

http://voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2015/08/19/38667/sebarkan-ini-dia-kebiadaban-pki/#sthash.VaGchOaT.sPsPVbj3.dpuf

18. Tanggal 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta juga membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil alih kekuasaan.

19. Tanggal 2 Oktober 1965 : Soeharto mnegambil alih kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut pangkalan udara Halim dari PKI.

20. Tanggal 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.

21. Tanggal 13 Oktober 1965 : Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di seluruh Jawa.

22. Tanggal 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah keracunan mereka dibantai oleh PKI dan jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa / Kecamatan Cluring Kabupaten Banyu
wangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi saksi mata peristiwa. Persitiwa tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.

23. Tanggal 19 Oktober 1965 : Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.

24. Tanggal 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.

25. Tanggal 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta dihukum mati.

26. Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.

27. Tanggal 11 Maret 1966 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Soeharto untuk mengambil langkah pengamanan Negara RI.

28. Tanggal 12 Maret 1966 : Soeharto melarang secara resmi PKI.

29. Bulan April 1966 : Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.

30. Tanggal 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tidak ada partai yang pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”

31. Tanggal 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS – RI Jenderal TNI AH Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.

32. Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1967.

33. Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di di wilayah terpencil di Selatan Blitar bersama kaum Tani PKI.

34. Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Selatan Blitar menyerang para pemimpin dan kader NU, sehingga 60 (enam puluh) orang NU tewas dibunuh.

35. Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.

36. Dari tahun 1968 s/d 1998 : Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasinya dilarang di seluruh Indonesia dengan dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966.

37. Dari tahun 1998 s/d 2015 : Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Anggota PKI yang dibebaskan dari penjara, beserta keluarga dan simpatisannya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan fakta sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN pejuang kemerdekaan RI. Dan Ideologi Komunis tidak akan pernah mati, selama Syetan masih ada di dunia ini.

38. Di Jogokaryan Kotagede Yogyakarta, PKI bikin ludruk/kesenian rakyat lakonya ; MATINE GUSTI ALLAH = MATINYA TUHAN ALLAH.

==========================================

" JASMERAH "

Pengkhianatan G 30 S-PKI

https://www.youtube.com/watch?v=ddYExsNtX6w

==========================================

" APA YANG KALIAN LAKUKAN SEKARANG AKAN MENENTUKAN APA YANG AKAN TERJADI ESOK "

SMOGA BERMANFAAT & SMOGA CEPET MENYADAR KAN DIRI

Ketika Tomy bertanya tentang PKI kepada Pak Soeharto

Ketika Tomy bertanya tentang PKI kepada Pak Soeharto

Saya pernah bertanya pada Bapak Soeharto kenapa Bapak Soeharto mengambil inisiatif untuk Membubarkan PKI padahal Bung Karno tetap Bertahan tidak Mau Membubarkan PKI ?

 Ini jawaban Bapak Soeharto:

Sebagai Bawahan ayah wajib melindungi Harga Diri bung Karno karena Kapasitas nya sebagai pemimpin besar dan juga di akui sebagai pemimpin besar dunia, bung Karno sudah mengucapkan pemikirannya kepada dunia tentang menyatukan Nasionalisme, Agama, dan Komunisme Melalui sidang Umum PBB. Bung Karno menyebut Gagasannya itu "to build a new world".

Setelah melontarkan di forum internasional, Bagai mana mungkin Kemudian Bung Karno mau membubarkan Partai Komunis Indonesia PKI?..

"Jadi Ayah berpikir biarlah Ayah yang membubarkan PKI yang semakin merajalela saat itu"

"Kadang kala Bawahan Harus mengerti keteguhan seorang pemimpin, karena saat itu jika sampai bung Karno Membubarkan PKI dan menjilat ludah sendiri maka akan di cap Apa negara kita ini di mata internasional....

Ayah mengambil inisiatif karena ayah juga sudah menyadari Risikonya"
Tidak masalah ayah disalahkan kelak, namun pasti suatu hari anak cucu bangsa ini akan mengerti dengan sendirinya Apa arti kebenaran dan kesalahan di masa - masa perjuangan"...

 "Itu jawaban yang saya dengar langsung dari Almarhum Soeharto"

Dari FB
Hutomo Mandala Putra Alias Tomy Soeharto (Putra Almarhum Soeharto) 

Nawaksara, Soekarno dan PKI

Media Dakwah 275 Dzulhijjah 1417 H (Mei 1997)
Hubungan Presiden Soekarno dengan PKI ternyata bukan hanya sekedar pelindung atau mengayomi. Dalam Ulang Tahun ke-45 PKI, Soekarno dengan terang-terangan menyatakan ia adalah saudara/famili PKI.

AWAL dan pertengahan bulan April lalu, media massa diributkan oleh rencana Seminar Nawaksara yang di sponsori oleh Menpora Hayono Isman. Nawaksara, judul pidato Soekarno di depan Sidang Umum MPRS itu disampaikan tanggal 22 Juni 1996, terdiri dari sembilan pokok isi pidato. Kesembilan pokok itu adalah Retrospeksi, Landasan Kerja, Melanjutkan Pembangunan, Hubungan Politik dan Ekonomi, Kedudukan Presiden dan Wakil Presiden dan lain-lain. Intinya pidato itu berisi pokok-pokok pandangan Soekarno mengenai kenegaraan.

Pidato 9 pokok Soekarno itu ternyata tidak memuaskan masyarakat. Terutama karena presiden pertama ini seolah-olah sengaja menutupi dan tidak mau tahu tragedi G30S PKI, yang menggegerkan itu. Protes keras dari KAMI, KAPP1, KAPI, HMI, dan organisasi-organisasi Islam lain waktu itu pun merebak cukup deras. Akhirnya MPRS meminta Soekarno memperbaiki Nawaksaranya. Dalam pidato pelengkapnya pun Soekarno, tidak mengambil sikap tegas terhadap PKI, sehingga akhirnya Jend. AH Nasution, pemimpin Sidang Umum MPRS, menyatakan tidak menerima pertanggungjawabannya dan akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada Jend. Soeharto sebagai pejabat presiden.

Majalah MEDIA DAKWAH no. 275 edisi Dzulhijjah 1417 H (Mei 1997), hal. 13


Mengapa Soekarno tidak terang-terangan menyalahkan PKI, dalam pidato Nawaksaranya itu? Pertanyaan ini hanya Soekarno yang tahu pasti jawabannya. Tapi paling tidak, bila kita meneliti hubungan keakrabannya dengan tokoh-tokoh PKI, gagasan Nasakom dan pembelaan Sdekamo terhadap PKI pada masa-masa 50-an dan 60-an, maka ‘Nawaksara’-nya Soekarno dapat lebih dipahami.

Dalam pidato Soekarno pada rapat raksasa Ulang tahun ke-45 PKI, presiden yang dikenal ‘suka perempuan’ ini terang-terangan mendukung langkah dan kemajuan PKI. Pidato ini berhasil dibukukan oleh Jajasan Pembaruan, Jakarta tahun 1965. Buku kecil, 16 halaman pidato Soekarno ini diberi judul, memetik ceramah Soekarno pada rapat raksasa itu: “Subur, Subur, Suburlah PKI”.

Di awal pidatonya presiden Soekarno memuji habis-habisan, tokoh nomor satu PKI, DN Aidit. Coba, simak sebagian isi pidatonya (halaman 6): “…tetapi baiklah Saudara Aidit sendiri mengatakan kepada saudara-saudara bahwa Dipa berarti benteng. Benteng atau pulau atau karang. Nusantara adalah Indonesia. Jadi Benteng Indonesia Aidit (tepnk tangan riuh). Benteng Indonesia dan Banteng Indonesia Aidit (tepuk tangan panjang).” (Catatan: asli tulisan buku itu menggunakan ejaan lama).

Tidak hanya memuji Aidit, Soekarno juga bangga menggandeng mesra tangan Aidit, di hadapan puluhan ribu massa PKI. “Saya berkata kepada mereka itu, cecunguk-cecunguk itu, tidak perlu mengintai-intai, ini lho, terang-terangan tanpa tedeng aling-aling, Soekarno ada disini (tepuk tangan panjang). Terang-terangan tanpa tedeng aling-aling. Dit, sini (memanggil Bung Aidit), ayo terang-terangan tanpa tedeng aling-aling, ayo kita minta dipotret bersama-sama (tepuktangan gemuruh), (Presiden bergandengan tangan dengan Bung Aidit menghampiri para juru-potret sambil melambai-lambaikan tangan kepada massa, massa menyambut dengan tepuktangan panjang)… Memang benar dulu pernah di dalam Kongres PKI yang ke-VI, saya lebih dahulu mensitir peribahasa Jawa: dudu sanak dudu kadang, yen mati aku melu kelangan (tepuktangan), (bukan famili, bukan saudara, kalau mati aku ikut kehilangan —pen). Pada waktu itu malah saya berkata: bukan saja dudu kanak, dudu kadang, tetapi saya berkata: “Yo sanak, yo kadang, yen mati aku kelangan. (ya famili, ya saudara, kalau mati aku ikut kehilangan —pen).

Tidak hanya pujian kepada PKI, Soekarno pun bangga dan mendorong PKI menjadi besar. Cermatilah kata-katanya: “Di dalam kerangka politik yang demikian itu maka sebenarnya bukanlah satu barang yang aneh, bahwa Pemerintah Republik Indonesia merangkul kepada PKI, bahwa saya sebagai Mandataris daripada MPRS merangkul kepada PKI, bahwa saya sebagai Pemimpin Besar Revolusi Indonesia merangkul kepada PKI (tepuk tangan panjang), sebab siapa yang bisa membantah bahwa PKI adalah unsur yang hebat di dalam penyelesaian Revolusi Indonesia ini? (tepuk tangan panjang), Tadi telah disitir oleh kawan Aidit apa sebabnya menurut pendapat saya PKI menjadi besar, PKI ndodro, ndodro itu, lihat tangan saya lho, menjalar-menjalar, menjalar, menjalar. PKI menjadi kuat, PKI menjadi sekarang beranggotakan 3 juta, pemudanya 3 juta, simpatisannya 20 juta. Apa sebabnya PKI demikian? Ialah oleh karena PKI konsekwen progresif revolusioner (tepuk tangan).”

Majalah MEDIA DAKWAH no. 275 edisi Dzulhijjah 1417 H (Mei 1997), hal. 14.


Di dalam pidatonya itu Soekarno dengan terang-terangan ingin menghabisi/memberantas kelompok yang phobi terhadap PKI. “Terus terang saja, terus terang saja, di kalangan Nas (nasionalis —pen), ada yang Komunisto phobi, di kalangan Agama ada yang Komunisto phobi, di kalangan Angkatan Bersenjata dulu ada yang Komunisto Phobi. Nah, ini penyakit phobi ini hendak saya brantas saudara-saudara, hendak saya brantas.” (halaman 12-13).

Di akhir pidatonya, Soekarno sangat berharap agar PKI semakin besar, subur dan terus maju. “Memang demikian saudara-saudara. Manakala saya di dalam Kongres yang ke VII daripada PKI berkata: “PKI go ahead! Berjalanlah terus, artinya go ahead. Sekarang pun saya berkata PKI, go ahead! PKI maju, onward, onward, onward, never retreat! (tepuk tangan menggelegar). Saudara-saudara sekianlah sambutanku kepada Ulangtahun ke-45 PKI ini, dan tentu saya mendoakan agar supaya Partai Komunis Indonesia tetap subur, subur, subur, maju, maju, maju, onward, onward, onward, never retreat!”

Bila Soekarno dalam pidato-pidatonya telah terang-terangan mendukung penuh gerakan PKI, maka akankah orang yang mengaku menjadi penyarnbung lidah Soekamo (pengakuan Permadi), simpatisan, pengikut dan pendukungnya, mendukung gerakan yang melawan PKI (gerakan Islam)?. (Nuha)

Sumber:
Majalah MEDIA DAKWAH no. 275 edisi Dzulhijjah 1417 H (Mei 1997), hal. 13-14.